Gaya PKI Memutarbalikkan Fakta
Untung yang mengambil alih siaran RRI pada 1 Oktober 1965 menyatakan bahwa telah membentuk Dewan Revolusi Indonesia yang anggotanya sebanyak 45 orang. Aidit sebagai pimpinan tertinggi PKI setelah peristiwa G30S PKI itu melarikan diri menuju bandara Halim Perdanakusuma.
Dalam pidato-pidatonya menjelang 30 September 1965, Aidit menyatakan bahwa bangsa Indonesia telah hamil tua dan siap menyambut bayi yang akan lahir.
- Soeharto terlibat dalam G30S PKI
Ini juga yang dilakukan PKI. Mereka berdalih bahwa Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Pangkostrad tidak ikut diculik PKI. Mereka menyatakan bahwa Soeharto dekat dengan Untung, Latief dan Syam Kamaruzzaman.
Untung, sepengakuan Soeharto, “Saya mengenal Untung sudah lama dan sejak menjadi Komandan Resimen 15 di Solo, di mana Untung menjadi salah satu komandan Kompi Batalyon 444.”
Batalyon yang bermarkas di Kleco, Solo, tersebut dipimpin Mayor Sudigdo dan dikenal sebagai Batalyon Digdo. Untung yang kelahiran Kebumen tidak asing dengan Solo karena sekolah di Solo. Dalam biografinya, Soeharto menekankan bahwa Untung pernah dapat pendidikan politik dari tokoh PKI Alimin yang termasuk Pahlawan Nasional.
Soeharto yang memimpin Pangkostrad saat itu memang bukan perwira yang menonjol. PKI dendam terutama kepada Yani dan Nasution yang sering bersaing di hadapan Soekarno. Maka jangan heran, Soeharto pada 2 Oktober 1965 menjadi pimpinan sementara Angkatan Darat. Saat itu ia langsung mengumumkan di RRI bahwa gerakan 30 September bertujuan untuk mengambil alih kekuasaan dan karena itu harus diberantas sampai ke akar-akarnya.
Hubungan Soeharto dengan Nasution sangat harmonis sehingga perlawanan pada PKI dapat dilakukan dengan lancar. Dendam PKI dan anak cucunya kepada Soeharto begitu mendalam, sehingga akhirnya Pak Harto harus lengser dari kursi kepresidenan pada 1998. Mereka sebenarnya ingin mengkriminalkan pak Harto, tapi keburu ia meninggal.
Hilangnya diorama di Markas Kostrad yang berisi patung Soeharto, Sarwo Edhie dan Nasution menunjukkan ada yang tidak senang dengan museum yang mengabadikan peran besar ketiga tokoh itu dalam memadamkan pemberontakan PKI.
- PKI adalah korban, negara harus meminta maaf