NUIM HIDAYAT

H. Agus Salim: Diplomat Indonesia Terbaik

Setelah mengundurkan diri dari dunia politik, pada 1953 Salim mengarang buku dengan judul: “Bagaimana Takdir, Tawakkal dan Tauhid Harus Dipahamkan?” yang kemudian diperbaiki menjadi “Keterangan Filsafat tentang Tauhid, Takdir dan Tawakkal.” (Johan Prasetya, lihat buku Pahlawan-Pahlawan Bangsa yang Terlupakan, Saufa, Agustus 2014).

Prof Azyumardi Azra menjelaskan, pada era pemerintah kolonial Belanda, Salim bersama HOS Tjokroaminoto dan Abdul Muis telah berusaha meningkatkan taraf hidup kaum bumiputra melalui program-program Sarekat Islam.

Demikian juga sejak 1925, Salim ikut membina keagamaan para intelektual, mereka yang berpendidikan Barat , terutama yang tergabung dalam Jong Islamieten Bond (JIB). Dalam hal ini Salim berusaha menarik ereka untuk mengamalkan ajaran Islam yang sebenarnya. Dalam posisi sebagai intelektual, Salim mendapat kehormatan mengajar di Cornell University, salah satu perguruan tinggi di Amerika Serikat.

Di Cornell University AS, Salim dalam kuliah-kuliahnya berusaha memperkenalkan Islam dari sumbernya yang asli. Pendekatan ini dia lakukan untuk mengubah pola fikir para mahasiswa non Muslim yang keliru terhadap Islam. Kekeliruan tersebut terutama karena mereka mengenal Islam bukan dari sumber-sumber yang asli. Mereka mengenal Islam dari karya-karya novel, perjalanan orang-orang Barat dan kajian-kajian para orientalis. Karena itu dalam kuliah-kuliahnya, Salim mengemukakan argumentasi-argumentasi dari Al-Qur’an dan juga Injil.

H. Agus Salim bersama AR Baswedan dan tim diplomat Indonesia.

Azyumardi melanjutkan, dalam kuliah-kuliah Salim di Cornell University, ada beberapa hal penting yang perlu digarisbawahi :

Pertama, Salim berusaha memperkenalkan Islam sebagai agama kedamaian. Karena itu orang Muslim harus tidak tercela, berbuat baik dengan mematuhi segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Pada sisi lain Islam juga berarti menyerahkan diri kepada kehendak Allah SWT dengan (berbagai amal) usaha yang maksimal.

Kedua, Salim memperkenalkan agar Sirah (riwayat hidup) Muhammad Saw, melalui cara itu tergambar betapa beratnya ketika Nabi Muhammad menerima wahyu dan betapa beratnya pula berhadapan dengan tantangan kaum Musyrik Makkah tatkala beliau menyampaikan pesan Ilahi. Nabi mendapat intimidasi dari kaumnya yang tidak mau meninggalkan berhala. Bahkan mereka menuduh beliau dengan berbagai tuduhan, seperti menderita penyakit gila, ayan, sihir dan sebagainya.

Demikian juga kaum Yahudi dan Nashrani yang sebelumnya sudah mendapat prophecy tentang kedatangan Nabi Muhammad. Tetapi begitu Nabi Muhammad tiba, mereka menolaknya dan atau ada orang Yahudi dan Nashrani yang pura-pura beriman, tetapi ketika kiblat dipalingkan ke Masjidil Haram, mereka meninggalkan Islam.

Ketiga, Salim memperkenalkan bahwa ajaran dari Allah SWT tetap ajaran Tauhid (monotheisme) bukan polytheisme. Karena agama yang lama tidak berjalan semestinya, maka Allah mengutus Nabi Muhammad untuk kembali mengajarkan Tauhid.

Selain itu Salim juga mengkaji Islam dalam konteks sejarah. Ia ingin memperkenalkan Al-Qur’an secara kronologis. Tetapi idenya itu tidak sepenuhnya menjadi kenyataan, karena disamping membutuhkan waktu yang cukup lama (menurutnya 35 tahun) juga tidak semua ayat Al-Qur’an mempunyai Asbabun Nuzul (sebab turunnya ayat).

Laman sebelumnya 1 2 3 4 5Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button