SUARA PEMBACA

Hari AIDS Sedunia dan Target Nol Kasus tanpa Stigma

Tanggal 1 Desember, diperingati sebagai Hari AIDS Sedunia. Tema tahun ini adalah ‘Let Communities Lead’. Sejak tahun 1988, berbagai komunitas bergerak bersama pada hari ini untuk menunjukkan solidaritas melawan stigma HIV dan mengenang mereka yang telah wafat akibat AIDS. Berbagai aktivitas telah dilakukan komunitas-komunitas tersebut, untuk memimpin penanganan HIV-AIDS melalui penyediaan layanan dukungan, pencegahan, pengujian dan pengobatan, promosi kesehatan, memantau kebijakan, serta menjaga akuntabilitas penyedia layanan.

Sementara itu, Kepala Sekretariat Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Bandung, Maya Verasandi menyebut salah satu target yang dikejar Kota Bandung ialah tidak ada lagi kasus baru HIV-AIDS pada 2030.

“Kami berharap pada 2030 tidak ada lagi infeksi HIV baru. Selain itu tidak ada lagi stigma, dan tidak ada lagi kematian karena HIV-AIDS,” demikian ujar Maya. (Prmfnews.id, 3-12-2023)

Dinas Kesehatan Jawa Barat mencatat kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) di 27 kabupaten dan kota yang di Jabar angkanya mencapai 6.379. Menurut Ketua Tim Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Jabar Yudi Koharudin, jumlah ini, berdasarkan data dari Januari hingga Agustus 2023. Yudi menjelaskan, hampir seluruh kabupaten dan kota di Jawa Barat memiliki kasus VIH. Namun, paling tinggi angkanya ada di Kota Bekasi dan Kota Bandung. (Republika.co.id, 24-9-2023)

Meski upaya-upaya solutif telah dilakukan, seperti obat-obatan untuk penyembuhan dan dukungan positif tanpa stigma, bagi penderita, namun gerak penanganan terhadap AIDS, masih sebatas seremonial perayaan tahunan. Sedangkan pencegahan sistematis yang menyentuh akar masalah agar tidak muncul korban baru, belum terealisasi dengan baik.

Sekularisme Sumber Penularan HIV/AIDS

HIV/AIDS ditularkan melalui kontak seksual, pemakaian jarum suntik dan jalur ibu ke anak. Ketiganya masih berkelindan dalam kehidupan umat. Maka memutus penyebaran HIV-AIDS adalah dengan memutus salah satu atau seluruh rantainya.

Kehidupan bebas yang digadang-gadang sekularisme, membuat manusia bebas beraktivitas apapun, tanpa kontrol agama. Hingga ke dalam ranah privat, yakni kontak seksual, terhadap lawan jenis atau hubungan sejenis. Pembiaran yang seperti ini, tanpa sanksi yang tegas, serta aturan perundang-undangan yang mengikat, menyebabkan virus terus menyebar dengan mudahnya.

Selain itu penularan melalui jarum suntik, terjadi pada pengguna narkoba. Mereka kerap menggunakan jarum suntik yang sama, yang dipakai secara bergantian. Melalui jarum yang terkontaminasi tersebut, virus HIV menyebar kepada orang lain. Begitu pula pada jarum suntik yang tidak steril untuk tato, transfusi atau tindik.

Sedangkan penularan melalui ibu kepada anaknya, terjadi ketika ibu tadi telah terinfeksi virus, pada saat kehamilan, persalinan, atau menyusui. Secara umum, penularan HIV melalui jalur ibu ke anak, mencapai angka yang tinggi yaitu sebesar 20-45% dari seluruh sumber penularan HIV lainnya melalui sex, jarum suntik dan transfusi darah yang tidak aman. (Sehatnegeriku.kemkes.go.id)

Sementara itu, penanganan AIDS masih bertumpu pada pentingnya memberikan stigma positif kepada orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Dengan landasan Hak Asasi Manusia (HAM) memberikan mereka posisi setara di tengah masyarakat. Sehingga menjadi rancu adanya keburukan yang beredar di tengah masyarakat. Karenanya pelaku maksiat seharusnya mendapat sanksi tegas. Maka untuk mencapai target tidak adanya individu baru yang terinfeksi pada 2030, akan sulit terwujud dengan solusi ala sekularisme.

Islam Solusi Tuntaskan HIV/AIDS

Islam memiliki seperangkat aturan yang datangnya dari Allah SWT, yang dapat menutup semua celah peluang terjadinya HIV AIDS, termasuk penularannya. Dengan sistem pergaulan Islam, dipastikan interaksi hanya terjadi sebagaimana arahan dan tuntunan Islam. Maka dipastikan tidak akan terjadi beragam bentuk perzinaan.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button