NUIM HIDAYAT

Hasan al Bana, Sayid Qutb, Maududi, An Nabhani dan Al Attas

Abul A’la al Maududi (1903-1979)

Ia adalah ilmuwan Islam yang hebat. Selain karya-karyanya mendunia, ia juga berkarya dalam organisasi. Organisasi Jamiat Islami yang ia rintis, memberikan pencerahan bagi anak-anak muda saat itu. Saya yang jauh dari Pakistan –tempat kelahiran Maududi- tercerahkan dengan bukunya Prinsip=Prinsip Islam, waktu SMA.

Mereka yang belajar politik Islam dari tingkat sarjana sampai doktoral, akan mengkaji karya-karya Maududi. Tokoh besar Pakistan ini memang menulis mulai dari filsafat, aqidah, tafsir hingga politik.

Pemikirannya mendalam. Penguasaannya kepada masalah-masalah aktual di dunia juga mumpuni. Ia senantiasa mengkaitkan kejadian-kejadian dunia dengan al Quran dan Hadits Rasulullah saw. Selain juga mengaitkan dengan kejadian di masa sahabat dan ulama-ulama yang shalih kemudian.

‘Maududi dan Mohammad Iqbal’ yang meletakkan dasar-dasar berdirinya negara Pakistan. Zia Ul Haq presiden Pakistan yang ‘bergandengan tangan dengan Jamaat Islami’ dalam membangun negara Pakistan, menjadi musuh Amerika saat itu. Zia mati syahid dalam pesawat yangmeledak ketika ditumpanginya.

Dalam hidupnya, Maududi bertengkar dengan Fazlurrahman. Karena pertengkaran itu, Fazlurrahman kemudian ditampung oleh Amerika. Rahman dengan ilmuwan-ilmuwan Barat mengajar studi Islam yang ‘isinya tetap mengagumi Barat’.

Rahman membolehkan riba dan pencuri tidak dipotong tangan, sementara Maududi sebaliknya. Rahman mencoba menafsirkan al Quran dengan kondisi modern. Maududi ingin kondisi modern disesuaikan dengan al Quran. Karya-karya Maududi jauh lebih banyak dan lebih bagus dari Fazlurrahman. Membandingkan Fazlurrahman dengan Maududi ibarat membandingkan karya mahasiswa S1 dengan ilmuwan yang sudah menyandang gelar doktoral.

Rahman pintar, tapi ia masih mengagumi Barat. Ia tidak faham bahwa Barat –terutama Ilmuwannya yang Nasrani dan Yahudi—telah merusak ilmu-ilmu Islam dari dasarnya. Ilmuwan Barat telah merusak ilmu sains, ilmu ekonomi, ilmu budaya, ilmu sosial, ilmu politik termasuk ilmu-ilmu Islam.

Kajian Islam di Barat salah dalam tujuan. Tujuan menuntut ilmu Islam di Barat adalah untuk mengritisi Islam, mencari uang dan jabatan. Tidak ada tujuannya untuk menciptakan ulama hebat yang membela Islam. Tidak ada tujuannya yang membongkar kesalahan mendasar pemikiran agama Yahudi dan Nasrani.

Tujuan menuntut ilmu dalam Islam adalah agar mereka makin dekat kepada Allah. Agar makin banyak kualitas dan kuantitas ibadahnya kepada Allah. Dalam Islam, uang dan jabatan bukan tujuan. Uang dan jabatan adalah sarana untuk makin mendekatkan diri pada Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang.

Ketika uang dan jabatan dijadikan tujuan, maka yang terjadi adalah saling iri, dengki dan selanjutnya bisa terjadi permusuhan dan peperangan. Renungkanlah peperangan di dunia ini yang kebanyakan berebut kekuasaan dan sumber daya alam (uang).

Karya-karya Maududi luar biasa. Ketika wafat di usia 76 tahun (September 1979), ratusan ribu orang/jutaan orang mensholatinya. Shalat jenazahnya saat itu dipimpin ulama yang baru saja wafat, yaitu Syekh Yusuf al Qaradhawi.

Maududi memahami betul perang pemikiran. Dalam bukunya penjajahan peradaban ia uraikan dengan menarik bahaya penjajahan pemikiran. Penduduk pribumi yang berhasil dijajah pemikirannya, maka ia akan senang hati mengikuti pemikiran-pemikiran penjajah. Ia tidak sadar bahwa dirinya dijajah. Ia meninggalkan nilai-nilai mulia dari pemikiran agamanya sendiri.

Laman sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button