Hikmah Tragedi WTC 11 September 2001
“Mereka dapat menghancurkan gedung-gedung kita, tapi mereka tidak dapat menghancurkan landasan kita, freedom, kebebasan.” (George W Bush)
Ya, 11 September 2001 adalah neraka bagi Amerika. Dua pesawat menabrak gedung WTC, di New York. Dua pesawat lain menubruk markas militer Pentagon dan yang satu jatuh di Pennsylvania. Jumlah korban semuanya sekitar 3.000 orang.
Dunia geger. Hampir semua stasiun TV dalam negeri dan luar negeri menyiarkan langsung tragedi itu. Majalah mingguan terkenal dunia, Time dan Newsweek menyajikan foto-foto lengkap tragedi itu.
Majalah Tempo dan Gatra juga mengulas tragedi itu. Bila Tempo cenderung pro Amerika, Gatra bersikap kritis saat itu. Gatra menulis tentang digdaya atau kesombongan Amerika yang kini terkalahkan.
Bagaimana reaksi umat Islam? Kebanyakan umat Islam, khususnya yang di tanah air bersyukur pada peristiwa itu. Sebagian mereka mengibaratkan tentang kisah Nabi Musa dan Firaun. Firaun kini tenggelam di Laut Merah, kata mereka. Amerika yang terus menerus mendukung kebiadaban Israel menjadikan umat Islam empati kepada para peneror Amerika.
Lain halnya di Amerika. Tokoh-tokoh Islam di sana khawatir ada balas dendam kepada mereka yang minoritas di sana. Teror kepada umat Islam pun terjadi, meski tidak meluas. Maka dimaklumi bila seorang tokoh umat Islam di sana, Ustaz Syamsi Ali menyerukan perdamaian dan mengutuk serangan itu bersama presiden Amerika dan pejabatnya.
Intelijen Amerika cepat bersuara. Hanya beberapa jam -ingat saya- mereka menyatakan dalangnya adalah Usamah bin Laden. 18 orang pembajak pesawat Amerika itu juga dengan cepat diketahui dan mereka semua aktivis Mujahidin Afghan. Mereka dengan cepat diidentifikasi karena Amerika cukup berperan dalam melatih para mujahidin di Afghan, dalam rangka mengusir Uni Soviet (Rusia).
Yang mengherankan, Menlu Amerika Paul Wolfowitz saat itu langsung menyatakan ada sel-sel teroris yang tidur di Indonesia. Rupanya intelijen Amerika telah mengantongi semua veteran Aghan yang asal Indonesia.
Maka ketika Bom Bali meletus 2002, intelijen disini dibantu intelijen Amerika dengan cepat menemukan siapa pengebomnya. Yaitu Imam Samudera dkk yang merupakan veteran Afghan. Maka jaringan Imam Samudera di seluruh tanah air akhirnya diciduk. Intelijen Amerika menyatakan bahwa teror itu dilakukan organisasi Jamaah Islamiyah yang dikomandani oleh Abu Bakar Baasyir. Dari info yang saya dapatkan waktu itu, ternyata telah terjadi perpecahan antara Imam Samudera dan Baasyir. Samudera membolehkan kekerasan di tanah air, sedangkan Baasyir tidak. Wallahu a’lam.
Dalam sebuah diskusi di sebuah toko buku di Kemang, saya katakan, mengapa Imam Samudera melakukan itu? Ya karena Samudera melihat ada tentara Amerika di Bali. Ia tahunya perjuangan Islam dengan perang fisik, sesuai dengan pengalamannya. Ia ingin melawan tentara Amerika dimanapun berada, sesuai dengan ‘fatwa Usamah bin Laden’.