RESONANSI

Ibu Kota Negara Baru Hanya Mimpi

Puisi Catatan: Bagi Penajam Utara yang Telah Membuat Tajam Urat Pertiwi

Oligarki tengah bermimpi
Tertidur di cakrawala ambisi
Di kasur empuknya tengah terkapar nyenyak kekuasaan para antek koalisi
Diselimuti selimut pikiran dan ambisi tanpa kendali, tanpa perhitungan teliti, tanpa kognisi, bahkan afeksi

Spreinya pun bukan kain sutra yang tak mungkin dilapisi hati nurani
Bantal congkaknya yang terikat tali dan rantai kongsi kolusi

Mengerek-ngerek pulas sampai tak sadarkan diri
Mereka masih terus bermimpi bahwa negeri ibu pertiwi ini sudah jadi milik sendiri
Bagaimanapun cara memindahkan ibukota baru harus jadi

Saat ini di mimpinya bolehlah tawa mereka berseri-seri
Payung hukum IKN baru sudah diratifikasi
Sesungguhnya ilegal karena tak jujur dan tersembunyi
Hasil rekayasa permainan politik dan kejahatan konspirasi
Tanpa rakyat sempat beraspirasi
Tak peduli hukum dan sanksi
Apalagi hukum karma yang Tuhan akan beri

Atau jika ada perlawanan gelombang tsunami rakyat dan oposisi
Mereka mengaku
kekuatannya bakal tak tertandingi
Ada jutaan bandit-bandit dipersenjatai
Tameng para pemimpin pemimpi
Benteng beton dan besi egoisme diri para pejabat penguasa negeri dan cukong pengusaha oligarki

Kata mereka: “Mana ada atas nama kekuatan rakyat berdaulat tapi sesungguhnya tak ada yang punya nyali dan berani?”

Bermimpi itu menutupi kesadaran dan mana ada nalar yang rasionalisasi
Padahal tengah terpuruk ekonomi negeri
Apalagi saat ini menghadapi pandemi
Kesehatan rakyatlah yang seharusnya lebih berarti
Mengingat masih ada ancaman ngeri Covid-19 dan turunannya yang membawa kematian demi kematian terus menanti….

Tiba-tiba ada suara di sudut langit negeri pertiwi
Sangat nyaring teriakan protes yang sesungguhnya berasal dari kegelisahan nurani
Di sana di istana megah calon ibukota baru itu adalah “tempat jin buang anak” dianggap penghinaan harga diri

Gak apa-apa yang teriak itu sekalipun dibui
Itu suara aspirasi jutaan rakyat satu mewakili
Tapi gemanya membuat tangan malaikat beraksi
Untuk menyadarkan ilusi
Dari setiap harapan kesenangan yang tak pasti
Daripada nanti menyesal diri
Dengan penderitaan tak terperi
Karena hanya akan bencana yang akan datang mengakhiri…

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button