RESONANSI

Ilmu dan Kemajuan

Tidak dapat dinafikan, ilmu dan ahli ilmu memang memiliki banyak keutamaan. Dalam banyak ayat Al-Qur’an, Hadits, dan atsar disebutkan tentang keutamaan ilmu. Baik keutamaan di dunia atau di akhirat kelak.

Mulai dari kedudukan yang tinggi, disebut nama mereka bersama Allah dan malaikat, didoakan semua makhluk, bisa memberi syafa’at dan sebagainya. Para ulama mencatat semua itu di dalam karya-karya mereka.

Adanya penjelasan tentang keutamaan ilmu itu tentu menjadi motivasi bagi umat Islam. Bisa menjadi orang berilmu, penuntut ilmu, pendengar ilmu, atau pencinta ilmu. Asalkan tidak jadi kelompok yang kelima. Tidak mampu jadi orang berilmu, malas menuntut ilmu, segan mendengarkan ilmu, malah benci dengan ilmu. Sungguh celaka orang semacam ini.

Tentang keutamaan ilmu ini, di satu sisi memang menjadi motivasi. Tetapi jika tidak hati-hati, kita bisa terlena dan lupa diri.

Menurut Imam al-Ghazali, ini karena setan menina-bobokan manusia dengan semua berita tentang keutamaan ilmu. Di sisi lain, setan membuat manusia lupa akan berita yang mengandung ancaman bagi ahli ilmu. Ada ahli ilmu yang semakin jauh dari Allah, ada yang disiksa lebih berat dari ahli maksiat, dan sebagainya.

Dalam tulisan singkat ini, saya hanya membahas satu ancaman untuk ahli ilmu. Satu ini pun, jika dipahami dengan baik, cukup sebagai pengingat diri.

Imam al-Ghazali menyebutkan satu riwayat di awal kitab Bidayat al-Hidayah. “Man izdāda ‘ilman, wa lam yazdad hudan, lam yazdad min Allāh I’llā bu’dan.” Artinya, barangsiapa yang bertambah ilmunya, tapi tidak bertambah kebaikannya, maka dia tidak bertambah apapun, selain bertambah jauh dari Allah SWT.

Dari riwayat ini, bertambahnya ilmu mesti sejalan dengan bertambahnya kebaikan.
Menurut Syekh Muhammad ‘Awwamah, kata hudan atau hadyu ini semakna dengan kata adab. Dengan kata lain, bertambahnya ilmu mestinya membuat seseorang semakin beradab.

Tentu adab bukan sebatas etika kepada sesama, tapi adab dalam makna luas. Mulai adab kepada Allah, adab kepada manusia, adab kepada makhluk lain, adab kepada alam, dan sebagainya.

Dalam pandangan Islam, seorang yang berilmu itu mesti beradab kepada Allah SWT. Caranya dengan meyakini bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Dia tidak menyekutukan Allah SWT dengan selain-Nya. Karena syirik itu adalah kezhaliman yang besar. Selain meyakini-Nya, dia juga wajib tunduk dengan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button