Ilmu dan Kemajuan
Adab kepada manusia, tentu kita mesti mengenal kedudukan manusia. Standar kedudukan manusia dalam Islam itu harus merujuk pada standar yang ditetapkan Allah SWT. “Inna akramakum ‘indalLahi, atqākum.” Sesungguhnya yang paling mulia kalian di sisi Allah adalah yang paling takwa.
Jadi, dalam pandangan Islam, kedudukan manusia itu bukan karena harta, jabatan, kecantikan atau popularitasnya.
Manusia paling takwa adalah Nabi Muhammad Saw. Maka, adab kepada Nabi Muhammad Saw ini menjadi yang paling utama. Setelah itu, adab kepada manusia lainnya sesuai dengan standar ketakwaannya.
Adab kepada orangtua, guru, saudara, tetangga, sahabat, bahkan kepada orang yang berbeda agama. Semua mesti diletakkan sesuai dengan kedudukannya yang benar.
Adab kepada makhluk lain juga mesti dijaga. Kepada binatang, kita tidak boleh mengganggunya. Bahkan dalam Hadits disebutkan, ada seorang wanita yang masuk surga karena memberi minum seekor anjing yang kehausan. Sebaliknya, ada seorang wanita masuk neraka karena menyiksa seekor kucing.
Kita boleh memakan sebagian binatang seperti kambing, sapi, dan ayam, tapi tetap dengan cara yang beradab.
Dalam satu Hadits disebutkan, bahwa semua makhluk di darat dan lautan mendoakan ahli ilmu yang baik. Mengapa?
Karena ahli ilmu yang baik akan menjaga kehidupan makhluk lainnya. Ahli ilmu yang baik adalah pelanjut risalah Nabi. Karena Nabi Muhammad Saw diutus sebagai rahmat bagi alam semesta, begitu juga ahli ilmu yang beradab.
Ilmu yang dipadukan dengan adab akan membawa pada kemajuan. Artinya, ilmu itu akan membawanya semakin dekat kepada Allah SWT.
Menurut Prof Syed Muhammad Naquib al-Attas, kemajuan ilmu hanya bernilai jika menghasilkan kebenaran, kebaikan dan kebahagiaan. Kemajuan ilmu juga harus berpadukan adab dan akhlak mulia yang bersumber dari ajaran Islam. Arah kemajuan dalam Islam sudah jelas dan final, yaitu meraih ridha Allah SWT.
Pandangan al-Attas ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad Saw yang dikutip Imam al-Ghazali di atas. Jika orang yang tambah ilmu, tapi tidak tambah baik, berarti tambah jauh dari Allah SWT.