OPINI

Indeks Kebahagiaan Meningkat, Rakyat Sejahtera?

Hakikat Kebahagiaan

Menurut pandangan Islam, kebahagiaan hakiki adalah mendapat rida Allah,  jauh dari azab dan murka Allah, serta menjadi penghuni surga. Karakter orang bahagia dapat dilihat dari perilakunya, yakni ketaatannya kepada Allah SWT.

Dalam prinsip Islam, tidak harus menunggu sejahtera untuk mencapai kebahagiaan. Tetapi, untuk mencapai kesejahteraan, kebutuhan masyarakat harus terpenuhi. Meski tidak berkorelasi secara langsung, kebahagiaan dan kesejahteraan adalah dua hal yang sangat terkait. Semua itu tergantung dari mindset ideologi dalam mendefinisikan makna bahagia dan sejahtera.

Menurut kapitalisme, bahagia adalah materi mapan dan hidup berkecukupan. Sejahtera dslam pandangan kapitalisme ialah ketika seseorang dapat memenuhi segala kebutuhan, nafsu, dan keinginannya.

Adapun menurut Islam, bahagia itu ketika merasa cukup dan bersyukur dengan apa yang Allah beri. Sementara sejahtera dalam Islam ialah saat masyarakat dapat terpenuhi kebutuhan pokoknya secara layak.

Islam sangat memperhatikan bagaimana agar setiap muslim merasa bahagia sekaligus sejahtera. Untuk mendapatkan perasaan bahagia, caranya sangat mudah, yaitu meningkatkan rasa syukur atas nikmat Allah, keimanan, serta ketakwaan kita kepada Allah dengan memperbanyak ibadah kepada-Nya.

Sementara itu, kesejahteraan hidup hanya bisa dicapai tatkala semua kebutuhan dasar rakyat terpenuhi.  Negara lah yang wajib mewujudkan kesejahteraan tersebut dengan menerapkan sistem politik ekonomi yang berpihak pada kepentingan dan kemaslahatan rakyat. Sebab, penguasa bertanggung jawab atas baik buruknya penghidupan masyarakat, sebagaimana sabda Nabi Saw., “Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawabannya.” (HR Bukhari-Muslim)

Adalah Khalifah Umar bin Abdul Aziz, sosok pemimpin teladan yang mengurusi rakyatnya dengan berbekal ketakutan akan hisab Allah kepadanya. Pada saat Khalifah Umar bin Abdul Aziz selesai di baiat kaum muslim, sesampai di rumahnya dia menangis. Ketika ditanya isterinya mengapa menangis, dia menjawab, “Saya takut kepada Allah SWT, karena sebagai khalifah, kalau ada seorang saja rakyat yang mati kelaparan, sayalah yang ditanya Allah kelak.”

Chusnatul Jannah, Lingkar Studi Perempuan dan Peradaban.

Laman sebelumnya 1 2 3

Artikel Terkait

Back to top button