OPINI

Islamofobia: Penyebab dan Solusinya

Akhir-akhir ini istilah Islamofobia semakin ramai diperbincangkan oleh publik internasional, baik di media massa maupun media sosial. Merujuk dari Wikipedia, Islamofobia didefinisikan sebagai suatu fobia atau ketakutan, kebencian, atau prasangka terhadap Islam atau muslim secara umum, terutama bila dipandang dari Islamisasi dan terorisme. Kebangkitan anti Islam, jika dapat dikatakan seperti itu, dipicu oleh peristiwa serangan terhadap gedung WTC New York pada 11 September 2001, yang sangat mengejutkan dunia dan dipandang sebagai aksi teror paling kelam dalam sejarah Amerika.

Kelompok militan Islam Al-Qaeda diyakini menjadi dalang dari serangan yang menimbulkan ribuan korban jiwa tersebut.

Sejak saat itu, isu Islamofobia semakin mencuat yang ditandai dengan meningkatnya kasus yang mengarah kepada kebencian terhadap Islam sebagai agama dengan pemeluk terbesar ke-2 di dunia (1,9 miliar orang) menurut World Population Review. Ketidaksukaan terhadap Islam tidak saja ditunjukkan dalam bentuk ucapan atau ujaran kebencian, bahkan berupa tindakan yang menimbulkan korban jiwa. Yang lebih miris, sikap anti islam dalam arti yang luas (termasuk kebencian terhadap simbol atau identitas lainnya yang berasosiasi dengan Islam) itu bukan saja ditunjukkan oleh kalangan non muslim, tetapi juga oleh segelintir orang beragama Islam dengan alasan tertentu.

Salah satu kasus Islamofobia yang belum lama terjadi adalah peristiwa penabrakan yang menimpa keluarga imigran muslim di Kanada pada 6 Juni 2021, mengakibatkan empat dari lima anggota keluarga tersebut meregang nyawa. Kasus ini cukup menyita perhatian publik serta menimbulkan protes dari komunitas muslim dunia, karena keluarga tersebut ditabrak saat tengah menikmati jalan-jalan sore di Kota London Ontario mengenakan pakaian yang menunjukkan identitas mereka sebagai muslim. Hasil penyidikan yang dilakukan kepolisian setempat, terungkap bahwa penabrakan itu dilakukan secara sengaja oleh seorang pria Kanada. Motifnya karena kebencian terhadap keyakinan (Islam) yang dianut oleh keluarga keturunan Pakistan itu.

Hal ini tentu mencengangkan dan sungguh ironis. Mengingat Kanada selama ini dikenal sebagai negara yang sangat terbuka terhadap kedatangan imigran. Bahkan pemerintah Kanada membuka kesempatan luas bagi warga dunia yang ingin bermigrasi ke negara tersebut. Disamping itu, berdasarkan Nilai Indeks Demokrasi 2021, Kanada menempati urutan ke-5 terbaik dunia dengan nilai sebesar 9,24/10. Seyogyanya penduduknya lebih demokratis, berpikiran terbuka, toleran dalam memaknai perbedaan, serta menjunjung tinggi kebebasan dalam memeluk dan menjalankan keyakinan masing-masing. Tetapi kenyataannya berlawanan. Peristiwa tidak menyenangkan kerap dialami oleh masyarakat muslim di sana yang mayoritasnya adalah imigran.

Kasus yang menimpa keluarga imigran muslim di Kanada tersebut, hanyalah salah satu diantara sederet kejadian Islamofobia yang terjadi di berbagai belahan dunia. Masih banyak peristiwa lain yang lebih mengenaskan yang dialami oleh masyarakat muslim di negara lain, dimana umumnya jumlah mereka minoritas. Sebut saja Muslim Uygur, Moro, Pattani, yang semuanya mendapat perlakuan diskriminatif dari penguasa setempat.

Lantas apa yang melatarbelakangi semakin meluasnya sikap Islamofobia tersebut? Menurut saya propaganda media menjadi penyebab utama. Sebagaimana sudah disampaikan pada paragraf pembuka di atas, sentimen anti islam semakin mencuat pasca tragedi 11 September 2001. Bertolak dari peristiwa itu, media semakin gencar memuat berita-berita yang menyudutkan Islam. Kejadian terorisme yang diduga didalangi oleh kelompok Islam militan selalu menempati berita-berita utama di berbagai media, diberitakan secara luas dan masif, beberapa cenderung dibesar-besarkan, sehingga citra Islam menjadi buruk. Banyak kejadian yang menimpa pemeluk agama lain selalu disangkutpautkan dengan tindakan terorisme yang dilakukan oleh kaum muslim.

Hal ini kemudian membentuk pola pikir masyarakat dunia tentang Islam yang intoleran, radikal, teroris, terbelakang, terlalu membatasi, dll, sehingga mendatangkan rasa takut dan kebencian dari umat lain. Bahkan terkesan ada sikap “alergi”, bukan saja terhadap agama Islam sebagai sebuah keyakinan, tetapi juga terhadap hal lain yang identik dengan Islam, seperti jilbab, perempuan bercadar, jenggot, celana cingkrang, simbol halal, label syariah, dsb.

Hal itu dikuatkan oleh laporan yang dirilis PBB setahun lalu, yang mencatat bahwa telah terjadi peningkatan dalam kasus Islamofobia secara menyeluruh di dunia. Dikatakan bahwa stigma negatif dan sepihak tentang muslim di media-media telah berkontribusi pada kebangkitan Islamofobia. Temuan laporan tersebut menyebutkan bahwa selama 2016-2017 dari sebanyak 600.000 berita yang dimuat di media-media Belanda terdapat kata sifat yang paling sering digunakan untuk menggambarkan umat muslim yaitu radikal, ekstremis, dan teroris.

Pendapat berbeda dikemukakan oleh Presiden Nusantara Foundation, Imam Shamsi Ali. Menurutnya, terdapat empat faktor pemicu lahirnya Islamofobia. Pertama, menurunnya populasi orang kulit putih dan bertambahnya jumlah imigran yang datang ke Barat. Kedua, trauma sejarah yaitu ketakutan Barat bahwa Islam akan kembali berkuasa karena Barat melihat umat Islam saat ini sedang menuju kepada kebangkitan. Ketiga, konstelasi politik yaitu pertarungan global sebagai andil yang melatarbelakangi munculnya Islamofobia. Keempat, umat Islam itu sendiri yang menurutnya belum dapat mengemban amanah ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin.

Meskipun beragam pendapat diutarakan mengenai penyebab lahirnya Islamofobia, yang terpenting adalah bagaimana upaya yang harus dilakukan oleh umat Islam untuk meredam sikap anti Islam yang mengarah kepada diskriminasi tersebut. Sejalan dengan apa yang sudah diutarakan di atas soal propaganda media yang menjadi faktor utama penyebab meluasnya Islamofobia, menurut saya media- media Islam juga perlu melakukan counter terhadap hal itu. Misalnya dengan ikut mempropagandakan berbagai hal yang menunjukkan Islam yang damai, toleran, terbuka, mengutamakan dialog, serta menjadi rahmat bagi seluruh alam.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button