AKHLAK

Jadi Kaya bukan Berarti Dicintai Allah

Jadi kaya bukan berarti dicintai Allah dan miskin bukan sesuatu yang hina dimata Allah Ta’ala. Karena kaya dan miskin bukanlah tanda orang itu mulia dan hina. Karena orang kafir saja Allah beri rizki, begitu pula dengan orang yang bermaksiat pun Allah beri rizki. Jadi rizki tidak dibatasi pada orang beriman saja. Itulah lathif-nya Allah (Maha Lembutnya Allah). Sebagaimana dalam ayat disebutkan,

Allah Ta’ala, berfirman:

اللَّهُ لَطِيفٌۢ بِعِبَادِهِۦ يَرْزُقُ مَنْ يَشَآءُ  ۖ وَهُوَ الْقَوِىُّ الْعَزِيزُ

“Allah Maha Lembut terhadap hamba-hamba-Nya; Dia memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Dia Maha Kuat, Maha Perkasa.” (QS. Asy-Syura 42: Ayat 19)

Jika kita disuruh memilih dua pilihan; kaya atau miskin, tentu kita akan memilih menjadi kaya daripada orang miskin. Hal ini sangatlah wajar dan masuk akal. Bahkan mungkin tidak ada orang yang mau dirinya jadi orang miskin.

Dengan kekayaan (uang) melimpah, kita bisa memperoleh segala yang kita butuhkan dan menikmati fasilitas yang barangkali orang lain tak mampu menikmatinya.

Tapi sifat orang-orang yang tidak beriman adalah menjadikan tolak ukur kaya dan miskin sebagai ukuran mulia ataukah tidak.
Allah Ta’ala, berfirman:

وَقَالُوا نَحْنُ أَكْثَرُ أَمْوٰلًا وَأَوْلٰدًا وَمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِينَ

“Dan mereka berkata, Kami memiliki lebih banyak harta dan anak-anak (dari kamu) dan kami tidak akan diazab.” (QS. Saba’ 34: Ayat 35)

قُلْ إِنَّ رَبِّى يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَآءُ وَيَقْدِرُ وَلٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

“Katakanlah, Sungguh, Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasinya (bagi siapa yang Dia kehendaki), tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Saba’ 34: Ayat 36)

وَمَآ أَمْوٰلُكُمْ وَلَآ أَوْلٰدُكُمْ بِالَّتِى تُقَرِّبُكُمْ عِنْدَنَا زُلْفٰىٓ إِلَّا مَنْ ءَامَنَ وَعَمِلَ صٰلِحًا فَأُولٰٓئِكَ لَهُمْ جَزَآءُ الضِّعْفِ بِمَا عَمِلُوا وَهُمْ فِى الْغُرُفٰتِ ءَامِنُونَ

“Dan bukanlah harta atau anak-anakmu yang mendekatkan kamu kepada Kami; melainkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda atas apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam surga).” (QS. Saba’ 34: Ayat 37)

Orang-orang kafir berpikiran bahwa banyaknya harta dan anak adalah tanda cinta Allah pada mereka. Allah subhanahu wa ta’ala telah menyanggah pemikiran rusak orang kafir tadi dalam firman-Nya,

أَيَحْسَبُونَ أَنَّمَا نُمِدُّهُمْ بِهِۦ مِنْ مَّالٍ وَبَنِينَ

“Apakah mereka mengira bahwa Kami memberikan harta dan anak-anak kepada mereka itu (berarti bahwa),” (QS. Al-Mu’minun 23: Ayat 55)

نُسَارِعُ لَهُمْ فِى الْخَيْرٰتِ  ۚ بَل لَّا يَشْعُرُونَ

“Kami segera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? (Tidak), tetapi mereka tidak menyadarinya.” (QS. Al-Mu’minun 23: Ayat 56)

Kaya dan miskin adalah ketetapan dari Allah Ta’ala yang harus disikapi dengan bijak, menurut kacamata Islam. Ketahuilah bahwasanya kemiskinan dan kekayaan hanyalah ujian. Kaya atau miskin bukan urusan mulia atau hina. Kekayaan bisa berarti siksaan, sedangkan kemiskinan bisa jadi karunia.

Wallahu a’lam

Abu Miqdam
Komunitas Akhlaq Mulia

Artikel Terkait

Back to top button