#Lawan IslamofobiaNUIM HIDAYAT

Jadilah Radikal, Jangan Teroris

Penulis ingat beberapa hari sebelum Amerika menyerbu Irak (2003), sekretaris kedutaan Amerika dan kedutaan Kuwait ‘mem-briefing ormas-ormas Islam’ di gedung PP Muhammadiyah. Saat itu, kebetulan saya hadir. Pejabat Amerika itu, menguraikan alasan-alasan pentingnya Amerika menyerbu Irak. Saya dan seorang tokoh Islam memprotes keras rencana Amerika menyerbu ke Irak.

Tapi apa daya, keputusan penyerangan kan bukan ditentukan oleh kedutaan Amerika di Indonesia. Tapi diputuskan oleh Presiden Bush yunior yang menyempurkan jejak ayahnya untuk menghancur leburkan Irak. Dan Bush yang didukung oleh pendeta radikal di Gedung Putih pernah mengeluarkan ucapan bahwa perang yang membantai jutaan kaum Muslim itu adalah Perang Salib (meski kemudian ia koreksi ucapannya, tapi itu menunjukkan alam bawah sadarnya kebencian yang mendalam terhadap Islam).

Istilah Radikal

Kata-kata radikal yang berarti ‘akar atau mengakar’. Asal kata dari ‘Radix’ akar, adalah kata yang bagus sebenarnya. Ibarat tumbuhan, dia bisa hidup hanya kalau ada akarnya. Akar mungkin seperti jantung atau otak bagi manusia. Ketika sesuatu kehilangan akarnya maka dia akan mati atau layu, dan itulah yang diinginkan Barat. Islam harus mati atau kalau hidup layu.

Al-Qur’an menjelaskan:

“Allah-lah yang memiliki segala apa yang di langit dan di bumi. Dan kecelakaanlah bagi orang-orang kafir karena siksaan yang sangat pedih, (yaitu) orang-orang yang lebih menyukai kehidupan dunia dari pada kehidupan akhirat, dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan Allah itu bengkok. Mereka itu berada dalam kesesatan yang jauh.” (QS Ibrahim 2-3)

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS Ibrahim 24-27)


Istilah Radikal dan Moderat yang Membingungkan

Tahun 2009, di Departemen Agama pernah dilangsungkan diskusi tentang Radikal dan Moderat. Diskusi ini membedah buku “Siapakah Muslim Moderat?” Buku ini kumpulan karya intelektual-intelektual ternama, diantaranya John L Esposito, Yvonne Yazbeck Haddad dan beberapa intelektual lainnya.

Menariknya dalam buku itu, di cover depannya ditulis judul kecil: “Mengapa Islam Moderat Diperdebatkan? Demi Islam atau Demi Barat? Apa Implikasinya Bagi Perang Melawan Muslim Radikal?”

Muqtader Khan dalam buku itu menyatakan bahwa media Amerika menggunakan istilah Muslim Moderat untuk Muslim yang pro Barat dalam politiknya atau juga untuk Muslim yang selalu kritis terhadap cara pandang mereka…Bagi Muslim Moderat ijtihad merupakan pilihan cara yang lebih disukai untuk perubahan sosial dan politik dan jihad dengan senjata adalah pilihan terakhir. Bagi Muslim Militan (radikal -pen), jihad bersenjata adalah pilihan pertama dan ijtihad bukan termasuk sebuah opsi.

Yvonne Yazbeck Haddad, intelektual Amerika ini meneropong kebijakan Presiden Bush paska tragedi WTC 2001. “Salah satu langkah yang diadopsi pemerintahan Bush yang juga diinterpretasi sebagai perang melawan Islam yaitu pengawasan agen CIA di kedutaan-kedutaan Amerika di luar negeri akan buku-buku yang berisi anti Barat, anti Amerika atau anti Israel. Hal ini telah menimbulkan kemarahan sebagian Muslim yang menganggap Bush bertindak seperti seorang mufti, yang menfatwakan mana Islam yang sesungguhnya. Wajih Abu Zikri ketika menulis di Al Akhbar terbitan Kairo, menulis bahwa Presiden Bush mengirim pesan pribadi kepada Ulama Islam termasuk Syaikh Yusuf al Qardhawi untuk menyuruh mereka ‘menghapus ayat-ayat Al-Qur’an yang menurut Bush tidak pas’.

Dia melanjutkan,’Presiden Bush memacu terus perang salibnya, beranggapan bahwa pendidikan Islam harus dihentikan. Agama Islam harus dihapuskan dari kurikulum sekolah. Madrasah-madrasah harus sirna di atas bumi dan ayat-ayat Al-Qur’an yang menurutnya memuat pertahanan harga diri Muslim dengan qishash (membalas dengan perbuatan setimpal seperti yang dilakukan terhadap saudara Muslimnya) harus dihapus. Bush ingin mengajar anak kita menawarkan pipinya yang lain (kalau pipi yang satu dipukul), dan membibarkan puggungnya ditendang semaunya.”

Daniel Pipes dalam Jewish World Review (diungkap Yvonne Yazbeck), membedakan antara moderasi yang sungguh-sungguh dan moderasi yang palsu. Bagi Pipes Muslim yang mengaku moderat, perlu ditanya pandangan tentang apakah perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki (dalam hal warisan dan kesaksian di pengadilan)? Apakah jihad sebagai suatu bentuk peperangan, masih diterima sekarang ini? Apakah anda menerima keabsahan agama lain? Apakah Muslim perlu belajar dari Barat? Bolehkah Muslim berpindah agama? Bolehkah perempuan Muslimah mengawini laki-laki non Muslim? Apakah Anda menerima hukum suatu pemerintah yang mayoritas non Muslim dan bersedia sepenuhnya taat pada pemerintah tersebut? Apakah seharusnya pemerintah mencampuri urusan keagamaan, seperti berjualan makanan di bulan Ramadhan? Ketika ada pertentangan antara aturan Islam dan sekuler (seperti menutup wajah pada foto SIM), manakah yang didulukan?

Begitu problematisnya istilah radikal dan moderat ini, maka Prof John L Esposito, Guru Besar Studi Islam di Universitas Georgetown Amerika Serikat menyatakan,”Isu radikalisme agama merupakan taman bermain bagi intelijen dan ini membahayakan masa depan agama.”

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button