INTERNASIONAL

Jaga Sekulerisme, Tajikistan Larang Jilbab Meski Warganya 97 Persen Muslim

Undang-Undang ini juga melarang tradisi umat Muslim Tajikistan “iydgardak” yang berlangsung saat perayaan Idulfitri. Iydgardak adalah tradisi ketika anak-anak mengunjungi rumah-rumah dan mendapatkan uang saku.

Pengesahan UU ini mengejutkan dunia internasional lantaran mayoritas penduduk Tajikistan adalah Muslim.

Selama ini, pemerintahan Presiden Emomali Rahmon memang berupaya menerapkan sekulerisme dan mengesampingkan praktik keagamaan dalam politik dan sosial Tajikistan.

Dikutip Radio Free Europe, seorang perempuan Tajikistan bernama Salomat menceritakan keluhannya terhadap larangan ini.

Salomat bercerita setelah lulus sekolah kedokteran beberapa tahun lalu, dia harus puas hanya bekerja sebagai tukang pijat di salon kecantikan di Ibu Kota Dushanbe karena rumah sakit di Tajikistan melarang penggunaan hijab.

Salomat rela melepas hijab demi menyelesaikan pendidikan tingginya di sekolah kedokteran. Namun, ia tak menyangka harus mempertaruhkan karir atau keimanannya saat hendak mulai bekerja.

“Saya harus memilih antara karier dan keyakinan saya, dan saya memilih yang terakhir,” kata Salomat.

“Saya melepas hijab saya saat kuliah karena saya pikir itu hanya sementara. Tapi karier adalah untuk seumur hidup,” paparnya menambahkan.

Salomat pun hanya satu muslimah dari jutaan perempuan lainnya di Tajikistan yang menghadapi pilihan serupa menyusul pemerintah sekuler di Dushanbe yang semakin ketat menerapkan larangan jilbab di sekolah dan tempat kerja. []

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button