OPINI

Jakarta: Simpang Temu Umat Beragama

Ketika membicarakan persatuan, kerap kali terjadi salah persepsi bahwa itu hal yang lahiriah dan final, sudah dari dulu dan akan terus begitu. Nyatanya tidak demikian, persatuan adalah perjuangan terus menerus yang ditopang oleh kebijakan yang memanusiakan warganya. Basis membangun persatuan adalah kebijakan yang setara dan berkeadilan, bukan sentimen emosional semata.

Perspektif melihat beragam inisiatif keagamaan juga perlu dilihat tidak hanya pada aspek vertikal antara manusia dengan Sang Pencipta, melainkan juga dampaknya secara horizontal yakni interaksi antar umat beragama.

Ketika alat kremasi untuk warga Hindu dihadirkan maka umat yang kurang mampu di ibukota bisa mendapatkan layanan kremasi saat berpulang. Fasilitas kremasi lebih dari sekadar fasilitas, melainkan menjelma jadi kehadiran perwakilan negara bagi warganya.

Ketika masjid sudah direnovasi, banyak yang tak hanya jadi tempat ibadah tapi memberi dampak pada masyarakat sekitarnya. Selama masa pandemi, tak terhitung jumlah masjid, gereja, vihara, atapun pura yang menjadi sentra vaksinasi warga.

Saat mengunjungi Gereja Bethel Indonesia, ada satu pesan yang diingat terus dari umat di sana. Pesannya sederhana: tidak boleh ada siapapun, agama apapun, yang merasakan kekurangan di sekitar lingkungan gereja.

Dengan kebijakan yang berkeadilan, tempat ibadah dan umat beragama tidak hanya menjadi pusat kegiatan religi, tapi juga menjadi penggerak sosial, ekonomi, dan budaya di masyarakat.

Prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa, perlu tersambung dengan sila kelima tentang keadilan sosial. Tanpa keadilan sosial, persatuan mustahil diwujudkan.

Ikhtiar Bersama Mewujudkan Persatuan

Kita perlu menyadari bahwa keragaman merupakan sesuatu yang bersifat kodrati, sebuah takdir Tuhan. Keragaman adalah fakta, sementara persatuan adalah pilihan. Keragaman itu ciptaan Tuhan yang patut disyukuri, tapi persatuan adalah hasil usaha manusia yang patut dijaga dan dikuatkan.

Sayangnya, kita lebih sering mengagungkan keragaman dari Tuhan sembari mengecilkan persatuan yang merupakan hasil kerja manusia. Persatuan jangan lagi dipandang dalam kacamata yang bersifat normatif.

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button