RESONANSI

Jangan Berharap pada Joe Biden

Matthew Desmon, seorang Profesor Sosiolog di Princeton menuliskan dalam 1619 Project (The New York Times Magazines):

‘Kapitalisme Amerika adalah mesin yang paling sukses dalam mengakumulasi kekayaan yang paling banyak di sepanjang sejarah dunia. Hal ini dibentuk dari tindakan-tindakan brutal dan sistem perbudakan.’

Insan Pers melalui 1619 Project-nya mengusulkan pada publik untuk merevisi hari kelahiran Amerika atau reframe American history. Bukan lagi 1 Juli 1776, melainkan 20 Agustus 1619 yaitu ketika budak-budak Afrika pertama kali menginjakkan kaki di Amerika. Pada saat itu mulailah terjadinya perbudakan, diskriminasi, serta penindasan yang kuat terhadap yang lemah, di negara tersebut.

***

Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) beberapa waktu lalu, tidak luput dari perhatian masyarakat dunia. Temasuk di antaranya kaum muslim. Sadar akan kondisi serba sempit yang tidak berkesudahan, menjadikan sebagian umat menaruh harapan pada Joe Biden, sang presiden terpilih.

Demikian pula halnya dengan Presiden Palestina Mahmud Abbas dan Kepala Liga Arab Ahmed Aboul Gheit pada hari Ahad (29/11) saat bertemu di Kairo, Mesir, membahas konflik Israel-Palestina pasca pemilihan Presiden AS. Mereka menantikan dukungan dan peran pemerintahan baru Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Joe Biden terhadap kemerdekaan Negara Palestina. (cnnindonesia, 30/11/2020)

Seperti kita ketahui, blokade Israel terhadap Jalur Gaza sejak 2007 menyebabkan wilayah yang terkepung kerugian hingga 16,7 miliar dolar AS. Kerugian ekonomi akibat blokade Israel itu menyebabkan kemiskinan dan pengangguran melejit di jalur Gaza. Hal tersebut merupakan dampak dari tiga kali perang dengan Israel, yaitu pada 2008-2009, 2012, dan 2014.

Perekonomian Gaza hanya tumbuh sebesar 4,8 persen meski populasi tumbuh 40 persen. Bahkan penderitaan Gaza semakin parah akibat perang pada 2014, membuat sekitar 100 ribu warga Gaza kehilangan tempat tinggal. Tingkat kemiskinan pun melonjak dari 39 persen pada 2007 menjadi 55 persen pada 2017. Jika kita lihat tampilan foto kondisi muslim Gaza Palestina saat ini, sungguh sangat menyedihkan.

Seorang pengamat yang berbasis di Ramallah pun mengatakan bahwa Biden mungkin tidak akan memperbaiki semua kesalahan pendahulunya, namun ia akan lebih baik kepada Palestina.

“Biden tidak akan memperbaiki semua kesalahan pendahulunya, tapi dia kemungkinan akan mengambil pendekatan lebih lembut terhadap Palestina dan membantu Palestina mengatasi kesulitan ekonomi mereka,” kata Abdul Sattar Qassim, dilansir dari Sputnik, Selasa, 3 November 2020. (Medcom.id, 3/11/2020)

Selaras dengan hal tersebut, Biden yang terpilih menjadi Presiden AS ke-46 pada tanggal 8 November 2020 juga menolak rencana Israel untuk memperluas bagiannya ke Tepi Barat. Meski tampak indah, namun umat harus waspada dan senantiasa berpikir ideologis. Tahun 2020 masih dipenuhi dengan onak dan duri, belum tampak tanda-tanda perbaikan di tubuh umat.

Dikutip zonajakarta.com dari Middle East Eye, Ahad (8/11/2020) Pangeran Turki Al-Faisal dari Arab Saudi tak percaya Biden akan melakukan hal demikian. Al-Faisal yang juga pernah menjadi Kepala Intelijen Arab Saudi melihat Biden tak ubahnya Trump dalam menyikapi persoalan Israel-Palestina alias tetap akan mendukung segala upaya negeri Zionis mencaplok Tepi Barat.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button