RESONANSI

Jangan Berharap pada Joe Biden

Benarkah Biden Berpihak pada Islam?

Beberapa orang menganggap Biden lebih lembut dibanding pendahulunya, Trump. Namun jangan salah, ia tetap merupakan agen kapitalisme-sekularisme Skenario politik dan ekonomi Palestina, tidak akan membĂ ik selama ideologi batil itu masih digunakan untuk mengelola urusan umat. Sayangnya umat masih belum melihat ke arah itu.

Berbeda halnya dengan warga Amerika, gambaran rapuhnya kondisi negara tersebut telah mereka saksikan sendiri. Hal itu tampak pada buku karya Ben Saphiro yang berjudul ‘How to Destroy America in Three Easy Steps’. Dalam buku itu dituliskan bahwa kerapuhannya disebabkan tidak adanya filosofi, kultur dan sejarah yang baik.

Filosofi tegak atas sekularisme. Baik itu partai demokrat besutan Joe Biden ataupun Trump dengan republiknya, sama, hanya saja tampilan mereka yang berbeda. Sekalipun Biden terlihat lebih manis dibanding Trump, namun mafahim, maqayis dan qonaat yang mereka emban adalah kapitalisme-sekularisme.

Kultur Amerika pun tegak atas dasar menjauhkan peran Allah dalam kehidupan. Karenanya kehidupan di negara tersebut diisi dengan perdebatan seputar ide sekularisme yang tidak pernah tuntas. Dua partai yang mendominasi negara tersebut, menjadikan Amerika terbelah dalam dua warna, biru dan merah. Begitu pula halnya pemikiran masyarakat di negara tersebut. Tetapi asasnya sama-sama fashludin anil hayah.

Tidak ada hak asasi manusia atau kesetaraan seperti yang biasa mereka teriakkan. Sebaliknya, rasisme dan perbudakan menguasai sejarah di negeri ini. Dan ini terjadi di seluruh lini baik layanan kesehatan dan pendidikan, perekonomian, industri, menjadi identitas bangsa ini hingga sekarang.

Jika menelisik sejarah, sebagai ‘the second hand reality‘, akan muncul fakta bahwa selama Negara Amerika ini berdiri, tidak lepas dari eksploitasi negeri-negeri kecil. Baik melalui perbudakan ataupun ekstraksi sumber daya alam. Fakta sejarah merupakan kreasi pemegang kekuasaan. Jika buruk, berarti memang seburuk itulah buah karya mereka.

Dan mereka akan terus melanggengkan kerusakannya. Bahkan publik Amerika baik kalangan akademisi, politisi, artis, juga media sepakat bahwa sejarah Amerika dipenuhi dengan diskriminasi dan eksploitasi. Alih-alih ingin memperbaiki dan menjaga negerinya agar tidak hancur, akan tetapi apa daya, seluruh penopangnya telah goyah.

Dalam kampanyenya Biden mengutip hadits, serta berjanji memulihkan hubungan diplomatik yang diputus oleh pemerintahan Trump. Ia pun akan tetap berpegang pada ‘Solusi Dua Negara’ pada kasus Palestina. Bahkan merangkul muslim Amerika Serikat menjadi tema kampanye pasangan Joe Biden dan Kamala Haris.

Tapi maaf tuan presiden, kami tidak akan terkecoh. Sebab tuan bukanlah yang kami cari. Tuan bukan bagian dari umat. Joe Biden yang di hati dan pikirannya meniadakan peran Allah Sang Mudabbir tentu tidak mungkin akan membela Palestina, atau bahkan memenangkan Islam.

Maka Resolusi 2021 adalah mencerdaskan umat dengan Islam. Mengganti tsaqofah Barat yang selama ini mengendap dalam benak umat, menggantinya dengan Islam. Sebab hanya dengan bangkitnya pemikiran, membuat umat bersandar di bahu yang tepat. Sungguh jauh panggang dari api, jika umat berharap pertolongan dari pemerintahan tiran.

Bukan Presiden Amerika yang akan mengeluarkan umat dari kegelapan, tapi Khilafah ala minhajin nubuwwah sang pelindung sejati, perisai dan penjaga hak-hak umat. Tidak hanya muslim Palestina, tapi seluruh umat yang tertindas jiwa dan raganya oleh sistem rusak akan dibela oleh seorang Khalifah beserta sistem sahih yang lahir dari Sang Pencipta.

Lulu Nugroho
Muslimah Pengemban Dakwah dari Cirebon

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button