NUIM HIDAYAT

Jejak Rekam Anies di Jakarta

Keberhasilan Anies Baswedan menata Jakarta diakui banyak masyarakat. Anies berhasil mewujudkan slogannya ‘Maju Kotanya, Bahagia Warganya’.

Program-program yang berhasil Anies lakukan antara lain: Jakarta Smart City, Smart Governance melalui SuperApp JAKI, Pembangunan Pedestrian dan Jalur Sepeda di Jakarta, Integrasi Antarmoda Transportasi Publik, Kesuksesan JakLingko, Penataan Halte Bundaran HI, Pembangunan Taman-Taman Kota dan Eco Park, Mewujudkan Kota Aman bagi Wanita dan Anak-Anak, Membangun Literasi Jakarta, DP Rp0 dan Urusan Perumahan, Penataan Kampung tanpa Menggusur, Perhatian kepada Kepulauan Seribu (Kapal Ambulance, Akses air minum dan pengolaha limbah, Supply Pangan Murah, Pembangunan Sekolah dan Wifi Gratis, Pembangkit Listrik Tenaga Surya Hybrid, Pelabuhan Modern di Jakarta Utara) dan Revitalisasi Taman Ismail Marzuki.

Selain itu Anies juga berhasil melakukan: Renovasi Gedung Kesenian Wayang Orang Barata, PopArt Jakarta, Jakarta Kota Penghobi, Lapangan Bola bagi Warga dan Pembangunan Jakarta International Stadium (JIS), Jakarta E-Prix (Formula E), Revitalisasi Kota Tua ‘Batavia’ dan Jakarta Menuju Kota Global.

Anies memang mempunyai visi jauh ke depan. Ia tidak hanya berpikir tentang Jakarta, ia berpikir bagaimana menjadikan Jakarta sebagai ‘kota teladan’ bagi Indonesia.

Anies menyatakan, ”Republik ini merdeka bukan sekadar untuk menggulung kolonialisme. Republik ini hadir untuk menggelar kesejahteraan, kemakmuran dan keadilan sosial bagi rakyat Indonesia.”

Lebih lanjut Anies menyatakan, ”Republik ini berjanji, dan janji tidak bisa direvisi. Janji harus dilunasi pada setiap anak bangsa Indonesia. Apa janji republik? Melindungi, mencerdaskan, menyejahterakan, dan membuat setiap dari kita menjadi bagian dari dunia.”

Buku “Rekam Jejak Anies di Jakarta” karya Nico Andrianto.

Menurut Anies kondisi yang buruk tidak bisa serta merta berubah menjadi baik hanya karena dipenuhinya opini publik, namun yang diperlukan adalah pilihan kebijkan publik yang unggul. Untuk mewujudkannya, maka pengambil kebijakan harus memiliki penguasaan ilmu kebijakan publik yang mumpuni serta ilmu-ilmu pendukung lainnya.

Anies adalah sosok yang demokratis. Ia ‘tidak pernah marah’ bila dikritik. “Selamat malam orang-orang yang tidak memilih saya,” kata Anies yang segera diikuti riuh tawa sambil standing ovation penonton Stand Up Comedy- Majelis Lucu Indonesia (7/4/2018).

Sontak acara yang disinyalir banyak dihadiri ‘haters’ Anies itu menjadi cair dan diwarnai gelak tawa. Meskipun peristiwa tersebut hanya candaan, saat memimpin Jakarta Anies tetap memberikan pelayanan yang sama berkualitas kepada seluruh warga Jakarta, tanpa membedakan apakah kepada pemilihnya maupun tidak pada saat Pilkada.

Anies menanggapi kritikan bahkan cacian lawan dengan santai. Anies pernah diserang dengan ‘Tenung Kebangsaan’, meme gubernur joker, dan meme Anies mengenakan koteka (baju adat Papua). Cacian seperti diterimanya tanpa ada upaya melaporkan kepada aparat penegak hukum.

Sejak mahasiswa Anies sudah terbiasa dengan perbedaan pendapat. Salah satunya adalah debat terbuka yang diikutinya, antara yang menentang dan mendukung Senat Mahasiswa di depan sekitar 300-an mahasiswa.

Anies juga memahami dilabeli sebagai garis keras, Islam kanan, intoleran, ataupun radikal. Namun selama lima tahun memimpin dirinya merasa tidak pernah membuat kebijakan yang mengindikasikan label-label yang disematkan tersebut. Sehingga selama memimpin Jakarta, Anies ‘tidak pernah’ melakukan wawancara internasional. Karena media internasional tahunya hanya isu-isu radikalisme dan sejenisnya tanpa menggali kebijakan-kebijakan pembangunan di Jakarta.

1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button