Jokowi, Pantaskah Disebut ‘Humanity Robotic’ Oligarki?
Padahal, sungguh di negeri ini politik dinasti itu sudah begitu tebal. Bahkan, hanya satu-satunya negera di dunia berlapis tebal dengan tiga politik dinasti: Megawati – Puan, SBY – AHY dan Jokowi – Gibran.
Yang sudah pasti dalam setiap momentum transisi kepemimpinan nasional hanya akan merusak tatanan bernegara dan berbangsa berdasarkan demokrasi Pancasila dan UUD 1945.
Kalau sudah begini pantaskah Jokowi cs itu menggaungkan dan menggelorakan pencapaian Indonesia Emas 2045 ke depan kelak? Itu sangat skeptis, yang lebih realistik bagi mereka, adalah 2045 akan terwujud Indonesia-China Raya. Indonesia hanya menjadi koloni baru RRC-Tiongkok.
Pertanyaannya, maukah kita sebagai rakyat menjadikan Indonesia seperti itu? Lantas, bagaimanakah solusinya untuk mencegah secara lebih dini?
Jawabannya satu-satunya harapan tiada lain momentum terpenting di Pilpres 2024 itu. Pilihlah calon Presiden yang bersatu dengan rakyat. Sehingga, berada di arus besar dan kuat gerakan perubahan Indonesia yang lebih baik, adil dan setara.
Itu hanya ada pada pasangan Amin dan KPP, komunitas sukarelawan Anies, serta partai pendukung de facto alias partai swing voter bersatu bersama rakyat untuk memenangkan Amin sebagai Presiden dan Wakil Presiden 2024-2029.
Oleh karena itu kawal pasangan Amin itu sampai pada saat penyelenggaran Pemilu dan Pilpres 2024 itu berlangsung menyingkirkan segala kecurangan, keculasan dan tipu daya KPU, Bawaslu dan MK yang sudah terindikasi bakal melakukannya: seperti terjadi pada 2019. Sampai meninggalnya secara misterius lebih sekitar 500 lebih panitia KPPS di TPS.
Atau terbiarkankah pilihan lain Gerakan Rakyat “People Power” yang sudah pasti NKRI itu akan terdestruksi, terdisintegrasi, dan chaos serta anarkis? Hanya gara-gara kepentingan adanya kesetiaan militan bak “Humanity Robotic” itu?
Anggota keluarga politik dinasti yang hanya setia militan itu kepada oligarki konglomerasi korporasi tega mengorbankan 270 juta keluarga lainnya?
Wallahua’lam Bishawab.[]
Mustikasari-Bekasi, 24 Oktober 2023.
Dairy Sudarman, Pemerhati politik dan kebangsaan