Jokowi: Standar Etika, Kapabilitas dan Kapasitas yang Rendah
Capres nomor urut 01 Jokowi tampak sangat menikmati saat dia mengucapkan kata bocor. Begitu antusiasnya mantan tukang mebel asal Solo ini, hingga dia terus mengulang-ulang kata ‘bocor’ hingga 12 kali. Bukan itu saja, repetisi itu dilakukan dengan tempo yang makin lama makin cepat dan nada kian tinggi. Ditingkahi dengan sorak-sorai yang kian membahana, Jokowi yang diberi gelar Cak Jancuk oleh para pendukungnya di Jawa Timur, memang makin semangat mengucapkan kata bocor tadi.
Cak Jancuk memang tidak menyebut nama saat mengulang-ulang kata itu di hadapan sejumlah alumni SMA se-Jakarta yang mendukungnya di Istora Senayan, Jakarta, Ahad, (10/2). Tapi siapa pun pasti mahfum, bahwa dia tengah menyerang Prabowo Subianto, rivalnya dalam perebutan kursi Presiden 2019. Ada aroma olok-olok yang menyengat dari adegan tadi. Juga, ada roman kepuasan penuh di wajah si pelaku.
Seperti diketahui, sebelumnya Prabowo menyatakan 25% anggaran pemerintah bocor. Hal itu antara lain disebabkan oleh maraknya mark up yang dilakukan segelintir orang. Dengan APBN sekitar Rp2.000 triliun, potensi kehilangannya mencapai Rp500 triliun.
Membaca adegan di Istora Senayan tersebut wajar saja jika publik jadi kian prihatin. Pasalnya, kualitas Capres yang juga petahana ternyata cuma sampai di situ saja. Mengolok-olok lawan dengan wajah dilumuri rasa puas yang total jelas menunjukkan mutu yang bersangkutan. Tidak ada substansi yang bisa dia sodorkan sebagai antitesa dari tesis yang diajukan lawan. Langkah paling jauh yang bisa Cak Jancuk lakukan hanya bertanya, “datanya dari mana?”
Saya jadi ingat ucapan ekonom senior Rizal Ramli. Menurut Menko Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid itu, para pendukung Jokowi ini hanya memiliki tiga hal sebagai Standard Operating Procedure (SOP). Pertama, modal utamanya ngotot. Kedua kalau ngototnya selesai mereka minta mana datanya, faktanya. Giliran sudah dikasih data, mereka bilang itu hoax. Terakhir, sudah laporkan saja.
Kacang lupa kulit
Melihat apa yang dilakukan Presiden yang lebih memilih lari ke pasar tradisional untuk ngulik soal tempe ketimbang menemui ratusan guru honorer yang demo dan nginap beberapa malam di depan Istana itu, apa yang dikatakan Rizal Ramli menemukan pembenaran. Di Istora Senayan, si Capres petahana memulai dengan mengolok-olok sebelum minta data.
Cak Jancuk juga tidak peduli, bahwa lawan yang diolok-olok itu adalah orang yang telah sangat berjasa membawanya dari kota kecil Solo. Orang itu pula yang mencalonkan dan membiayai dia maju ke Pilgub DKI. Sampai di sini saja, orang dengan gampang bisa mengatakan, bahwa Kepala Negara yang sering absen di forum internasional itu tipe ‘kacang lupa kulit’.
Tapi, kita tidak ingin bicara soal kacang dan kulit. Kembali soal kebocoran anggaran yang diolok-olok tadi. Faktanya, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo tidak membantah adanya kebocoran anggaran negara. Namun dia menolak jika dikatakan jumlahnya mencapai 25%.