SUARA PEMBACA

Kalimat Tauhid Semakin Populer

Penolakan pengajian dai kondang Ustadz Abdul Somad (UAS) di Jepara beberapa waktu yang lalu menimbulkan pro dan kontra. Indikasi penolakan yang dilakukan ormas NU GP Anshor ini karena dugaan ceramah UAS di tunggangi oleh HTI.

Bukti UAS ditunggangi HTI adalah karena ada beberapa crew yang menyambut kedatangan UAS memakai atribut bertuliskan kalimat Tauhid “LAA ILAAHA ILLALLAAH“.
Begitu pernyataan yang disampaikan oleh Mujiburohman, Ketua GP Ansor Jateng, di acara “Kabar Petang” TV One, Selasa (4/9/2018).

Viralnya pro dan kontra atas penolakan UAS karena atribut Tauhid banyak dikritisi oleh para netizen. ” Orang Islam kok alergi Tauhid ?”, ” Itu kan bendera Rasulullah benderanya umat Islam bukan bendera HTI” begitu komentar salah satu netizen.

Atribut Tauhid yang bertuliskan “LAA ILAAHA ILLALLAAH MUHAMMADURASULULLAH” kini semakin membooming. Kalimat Tauhid ini semakin viral banyak orang mengikuti memakai atribut panji Rasulullah saw ini. Dalam acara menyambut tahun baru Islam pun yang diselenggarakan di beberapa wilayah beberapa hari yang lalu tampak mereka berparade membawa bendera yang semakin populer dikalangan masyarakat terutama umat Islam ini.

Yang awalnya dulu mereka takut dengan bendera tersebut yang diidentikan sebagai bendera kelompok radikal justru kini masyarakat merasa bangga memakai atribut bertuliskan Tauhid “LAA ILAAHA ILLALLAAH MUHAMMADURASULULLAH”.

Mengenai panji dan bendera tersebut sudah banyak di sebutkan dalam hadits Nabi Shalallahu alaihi wassalam tentang ciri-ciri dan warnanya yang hingga saat ini di akui oleh seluruh umat Islam di dunia.

Bendera Al Liwa’

Adalah berwarna putih dan tertera di atasnya kalimat ‘LA ILAHA ILLALLAH MUHAMMAD RASULULLAH’ dengan warna hitam. Kalimat tersebut bermaksud ‘Tiada tuhan selain Allah, dan Muhammad Rasulnya’.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas yang mengatakan, “Bahwa bendera Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam berwarna putih, sedangkan panji beliau berwarna hitam” Riwayat Ibnu Abbas yang lain menurut Abi Syeikh dengan lafaz, “Bahwa pada bendera Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam tertulis kalimat ‘LA ILAHA ILLALLAH MUHAMMAD RASULULLAH’.

Semasa perang (jihad), bendera ini akan dipegang oleh Amirul Jihad (panglima/ketua) perang. Ia akan dibawa dan menjadi tanda serta diletakkan di lokasi Amirul Jihad tadi. Dalil yang menunjukkan perkara ini adalah perbuatan (af’al) Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam sendiri, di mana baginda (sebagai amir), semasa pembukaan kota Makkah telah membawa dan mengibarkan bendera putih bersamanya.

Dari Jabir, “Bahwa Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam memasuki Makkah dengan membawa Bendera Al Liwa’ berwarna putih.” [HR Ibnu Majah].

An-Nasa’i juga meriwayatkan Hadits melalui Anas bahawa semasa Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam mengangkat Usama ibn Zaid sebagai Amirul Jihad (panglima) pasukan ke Rom, baginda menyerahkan Bendera Al Liwa’ kepada Usama ibn Zaid dengan mengikatnya sendiri.

Panji Ar Rayah

Panji Ar Rayah adalah berwarna hitam, yang tertulis di atasnya kalimah ‘LA ILAHA ILLALLAH MUHAMMAD RASULULLAH’ dengan warna putih.

Hadis riwayat Ibnu Abbas di atas menjelaskan hal ini kepada kita. Semasa jihad, ia dibawa oleh ketua setiap unit (Divisi, Batalion ataupun lain-lain unit). Dalilnya adalah Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam, semasa menjadi panglima perang di Khaibar, bersabda, “Aku benar-benar akan memberikan panji (rayah) ini kepada orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya, serta dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya, lalu Rasulullah memberikan panji itu kepada Ali.” [HR Bukhari].
Sayidina Ali karramallahu wajhah pada masa itu boleh dikatakan bertindak sebagai ketua divisi ataupun regimen.

Diriwayatkan dari Harits Bin Hassan Al Bakri yang mengatakan, “Kami datang ke Madinah, saat itu dan Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam sedang berada di atas mimbar, sementara itu Bilal berdiri dekat dengan beliau dengan pedang di tangannya. Dan di hadapan Rasulullah terdapat banyak rayah (panji) hitam. Lalu aku bertanya: “Ini panji-panji apa?” Mereka pun menjawab: “(panji-panji) Amru Bin Ash, yang baru tiba dari peperangan.

Dalam riwayat At-Tirmidzi, menggunakan lafaz, “Aku datang ke Madinah, lalu aku masuk ke masjid di mana masjid penuh sesak dengan orang ramai, dan di situ terdapat banyak panji hitam, sementara Bilal -ketika itu- tangannya sedang memegang pedang dekat Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam. Lalu aku bertanya: “Ada apa dengan orang-orang itu?” Mereka menjawab: “Beliau (Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam) akan mengirim Amru bin Ash ke suatu tempat.”

Maksud ungkapan “terdapat banyak rayah (panji) hitam” menunjukkan bahawa terdapat banyak panji-panji yang dibawa oleh para tentera, walaupun amir (panglima perang)nya hanyalah seorang, yaitu Amru Bin Ash. Dalam riwayat An Nasa’i, dari Anas, “Bahwa Ibnu Ummi Maktum membawa panji hitam, dalam beberapa pertempuran bersama Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam.” Hadits-hadits di atas dan banyak lagi hadits-hadits lain menunjukkan kepada kita bahwa itulah ciri-ciri bendera dan panji Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam. Nas-nas tersebut juga menunjukkan bahwa hanya terdapat satu bendera (liwa’) di dalam satu pasukan, tetapi boleh terdapat banyak panji (rayah) di dalam setiap unit dalam pasukan yang sama, yang dipegang oleh ketua unit masing-masing.

Panji Rasulullah sebagai salah satu syiar sekaligus merupakan simbol persatuan umat manusia dalam naungan sistem Islam, mulai dari masa Rasulullah saw hingga para sahabat dan khalifah setelahnya. Payung Islam yang menaungi berbagai ras, suku, bangsa dan kabilah. Yang menyatukan kaum Muslim dan non-Muslim dalam segala perbedaan, namun dapat hidup saling berdampingan. Perbedaan agama yang ada tak jadi penghalang untuk disatukan dalam naungan Islam yang kaffah. Penerapan syariah dalam segala aspek dan lini yang begitu menakjubkan. Begitu tampak Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin.

Sudah seharusnya kita bangga dengan bendera umat Islam ini yang mampu mempersatukan manusia diseluruh dunia. Karena dengan kalimat itulah kita hidup dan dengan kalimat itulah kita mati.
Semoga kelak kita dapat bersatu dalam satu panji Rasulullah saw.

Wallahu a’lam

Selvi Sri Wahyuni
(Pemerhati Masalah Sosial & Praktisi Pendidikan)

Back to top button