NUIM HIDAYAT

Keberanian Ulama Menghadapi Penguasa

Untuk membuktikan betapa besarnya peranan dan jasa para ulama itu, maka kami akan menyajikan ke hadapan para pembaca suatu gambaran sejarah perjuangan mereka dengan suka dan dukanya.

Melihat kemajuan dan keagungan Islam, kaum penjajah berusaha untuk mengadakan intervensi. Mereka berusaha merusak aqidah para pemuda Islam dengan menawarkan kehidupan yang serba mewah. Banyak pemuda dan kaum intelektual Muslim dididik pada perguruan-perguruan tinggi negara kafir. Sesungguhnya pengiriman pemuda-pemuda Muslim yang tidak dibekali dengan kekuatan akidah untuk belajar di negara-negara Eropa dan Amerika, merupakan kesempatan yang baik bagi musuh-musuh Islam untuk menjadikan mereka sebagai orang yang ingkar.

Itulah yang diharapkan oleh kaum penjajah dalam usaha mereka untuk menghancurkan Islam dari dalam, yaitu dari orang-orang Muslim itu sendiri. Para pemuda Muslim itu merasa terpesona oleh ilmu pengetahuan dan keberhasilan pembangunan yang dicapai kaum penjajah. Tetapi mereka lupa bahwa sesuatu yang tidak mengikuti ketentuan Allah akan binasa dan menimpa diri mereka sendiri. Allah berfirman, “Syetan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal syetan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain tipuan belaka.” (QS an Nisaa’ 120)

Negara Islam (Khilafah Islamiyah –pen) telah mampu mencapai masa keemasan selama seribu tahun lamanya, di bawah kepemimpinan para penguasa yang adil, bekerjasama dengan para ulama yang jujur. Sejarah tersebut telah membuktikan bahwa ajaran Islam bukan hanya mengatur amalan ubudiyah saja, tetapi juga mengatur dunia dengan segenap kehidupannya dengan lebih sempurna. Bahkan Islam telah mampu memusnahkan dua kekuasaan raksasa yang berkuasa sewenang-wenang pada waktu itu, yaitu Persia dan Romawi. Pengaruh Islam terus meluas sampai menguasai sebagian besar benua Asia dan Afrika, bahkan sampai ke benua Eropa. Sehingga Islam pada masa itu sangat disegani dan dihormati, serta menjadi tumpuan harapan umat sebagai sumber ilmu pengetahuan dan peradaban manusia yang berbudi luhur.

Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya para ulama dan penguasa lalai akan tugasnya dan meninggalkan ajaran-ajaran Islam yang murni. Mereka tidak berkutik menyaksikan kebohongan, kepalsuan dan penindasan terhadap Islam dan umatnya. Di saat itulah awal kehancuran umat Islam, bahkan saling bermusuhan satu sama lain, hanya karena hal-hal yang sepele. Kini sudah masanya para ulama itu bangkit dan berjuang untuk merebut kembali kejayaan Islam. Bukannya justru terbengong berdiri di persimpangan jalan, seolah-olah kehilangan pegangan. Sekarang para ulama dituntut peranannya untuk berjihad, berusaha dengan segala kemampuan, fikiran, tenaga dan ilmunya untuk meluruskan kembali hakikat kebenaran ajaran Islam. Kalau pada masa sekarang ini para ulama masih dihinggapi perasaan takut kepada sesama manusia, maka sesungguhnya kehadiran mereka di tengah-tengah masyarakat adalah sia-sia belaka.

Memang setiap perjuangan mengandung resiko. Para ulama terdahulu juga menghadapi tantangan yang tidak ringan. Tetapi rintangan itu bukanlah alas an untuk meninggalkan perjuangan, sebab berdiam diri itu adalah suatu dosa. Sebagai ulama haruslah menyadari tugas dan tanggungjawabnya sebagai penegak kebenaran dan pencegah kemungkaran. Dengan demikian citra ulama di depan umatnya senantiasa dihormati.

Marilah kita penuhi panggilan Allah, karena Dialah yang akan memberikan kemenangan. Hayati dan amalkanlah syariatNya serta bangkitkanlah semangat jihad. Tegakkan panji-panji Islam berdasarkan hukum-hukum Al-Qur’an, sekalipun orang-orang kafir dan durhaka selalu membencinya. Sudah saatnya kita meninggalkan sikap dan pemikiran usang yang selama ini menjadikan kita lemah, tertinggal dan dihina. Jauhkanlah pertikaian dan kesalahfahaman diantara kita sesame Muslim dan kita kembali pada persatuan yang telah diajarkan oleh Islam. Tinggalkanlah sikap mementingkan diri sendiri, karena itu tidak sesuai dengan ajaran Islam. Hendaklah para ulama benar-benar dapat berperan sebagai pewaris Nabi dalam melaksanakan risalahnya.

Di samping uraian tentang peranan ulama, pembahasan selanjutnya juga akan dijelaskan tentang peranan para penguasa Muslim. Sebagai orang Islam, para penguasa itu dituntut untuk mampu mengoreksi dirinya dan menilai apa yang telah dikerjakannya selama dia memegang kekuasaan. Pada hakikatnya kekuasaan itu merupakan amanah yang diberikan oleh umat kepadanya, dan dia diminta pertanggungjawabannya. Seorang penguasa hendaklah menyadari bahwa jabatan itu tidak mungkin dipegangnya untuk selamanya. Dalam waktu yang tidak lama tentu akan beralih ke tangan orang lain. Di alam akhirat nanti Allah akan minta pertanggungjawabannya. Oleh karena itu sebelum terlambat kembalilah kepada ajaran yang benar. Laksanakanlah hukum-hukum Allah pada setiap perkara, halalkan apa yang halal dan haramkan apa yang haram. Keimanan yang tidak diikuti dengan perbuatan nyata, maka keimanan itu tidak ada manfaatnya. Allah SWT berfirman,

“Di antara manusia ada yang mengatakan, ”Kami beriman kepada Allah dan Hari Kemudian.” Padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri, sedang mereka tidak menyadari.” (QS. al Baqarah 8-9).

Sesungguhnya Islam telah mengangkat derajat para ulama dan penguasa di kala mereka berjuang untuk kepentingan Islam. Namun setelah mereka lalai dalam melaksanakan tugasnya dan berpaling dari ajaran-ajaran yang benar, maka terjadilah keadaan seperti sekarang ini. Kejayaan Islam menjadi sirna, kehormatannya pudar dan kepemimpinannya jatuh berantakan, sehingga dipermainkan oleh kaum penjajah yang tidak berperikemanusiaan.”

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button