Keluarga Palsu
Dalam Islam, anggota keluarga berkewajiban memberikan perhatian kepada isteri, anak-anak, dan orang-orang yang ditanggung. Kemudian mendidik mereka, dan memerintahkan mereka untuk taat kepada Allâh dan Rasul-Nya, serta melarang mereka dari kemaksiatan. Kerja sama di dalam keluarga berpahala, berorientasi surga.
As-sakn maknanya adalah al-ithmi’nân (ketenteraman atau kedamaian). Dalam konteks ini keluarga ideal menjadikan masing-masing anggotanya merasa tenteram dan damai. Mereka akan saling cenderung satu kepada yang lain, dan bukannya saling menjauhi. Syariat Islam memiliki rambu-rambu. Berjalan sesuai perintah Allah, menjadikan umat mulia.
Islam, tidak mengenal sewa keluarga atau teman, maka perusahaan Ishii niscaya akan gulung tikar. Sebab tidak ada kebaikan di atas kepalsuan. Ketika dalam Islam, berpegangan tangan dan memandang wajah isteri berpahala, ala ‘family romance’ malah berdosa. Tidak ada yang mampu menandingi Islam. Sebab Islam melalui syariatnya, telah memberi penjagaan yang lengkap dan sempurna.
Kebaikan keluarga akan berpengaruh kepada kebaikan masyarakat. Dan kebaikan masyarakat akan berpengaruh kepada kebaikan negara. Agama Islam banyak memberikan perhatian pada masalah perbaikan keluarga. Oleh sebab itu pada gilirannya, negara pun semestinya mampu menjaga umat. Tidak dengan aturan lain. Tapi hanya menggunakan aturan Allah, aturan yang datang dari Pencipta langit dan bumi. Wallahu a’lam.
Lulu Nugroho
Muslimah Penulis dari Cirebon