SILATURAHIM

“Kemuliaan itu dengan Pengabdian”

Melalui akun Facebook, pertengahan September lalu, seorang kawan dari Papua Barat memberitahu. Dia dalam perjalanan dari Manokwari ke Jakarta untuk mengikuti sebuah lomba yang digelar Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama di Bekasi, Jawa Barat. “Semoga dapat berjumpa, reuni tipis-tipis,” tulis dia di Facebook.

Setelah berkomunikasi melalui aplikasi WhatsApp (WA) dan memastikan rangkaian kegiatan dinasnya selesai, akhirnya kami berjumpa. Suatu sore hari ketiga, di sebuah lobi hotel di Jl KH Nur Ali, Kota Bekasi.

Abdul Karim alias Amar. Lelaki asli kelahiran Pulau Kasim, Sorong, Papua Barat, 36 tahun silam. Wajahnya ganteng. Orang akan kaget jika melihatnya, yang tak seperti umumnya orang Papua. Wajar saja. Meski kelahiran Papua, dia berdarah Bugis. Amar adalah sarjana ekonomi lulusan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, Jawa Timur.

Setelah berpisah usai wisuda pada Desember 2005 lalu, kami tak pernah lagi berjumpa dengannya. Hingga akhirnya bertemu kembali melalui Facebook. Dan kemudian grup WA alumni jurusan.

Jadi ASN Kemenag

Meski ayahnya adalah seorang pedagang, Amar tak pernah bercita-cita menjadi pengusaha. Jiwa bisnisnya juga kurang terasah. Waktu kuliah pernah coba-coba berbisnis, dari Malang dia mengirim casing handphone ke kota kelahirannya. Kurang sukses.

Dalam hati kecilnya, selesai kuliah di Malang, ia ingin mengabdi kepada masyarakat Papua Barat sebagai seorang Aparatur Sipil Negara (ASN).

“Saya ingin bisa ngumpulin banyak orang, agar bisa melakukan pengabdian total yang paling tepat ya jadi ASN,” kata Amar.

Pesan kiainya di Pesantren Luhur, Malang, almaghfurlah Prof. Dr. KH Achmad Mudlor, selalu dia ingat. Al karamah bil khidmah. Kemuliaan itu dengan pengabdian. Bukan hasil minta-minta.

Cita-cita itu dikabulkan Allah Swt, ketika pada 2009 ia lolos sebagai CPNS Kementerian Agama di Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat. Sebelumnya, selama dua tahun ia bekerja sebagai staf di STKIP Muhammadiyah Manokwari.

Dua tahun pertama sebagai ASN, Amar ditempatkan sebagai Staf Urais, Penyelenggara Haji dan Zawa Kemenag, Kabupaten Raja Ampat. Kemudian diangkat sebagai Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Waigeo Selatan, Raja Ampat, sejak 2011 hingga 2017. Saat ini dia menjabat sebagai Kepala KUA Oransbari, Kabupaten Manokwari Selatan.

Menjadi seorang Kepala KUA di Papua, jangan dibayangkan seperti KUA di Pulau Jawa. Amar adalah kepala sekaligus staf. Sendirian. Bahkan ketika menjabat sebagai Kepala KUA Waigeo Selatan, ia seperti kantor berjalan. “Semua keperluan administrasi, buku nikah, stempel, ada di motor saya,” kata dia.

1 2 3Laman berikutnya
Back to top button