Kesalahan Berpikir dalam Ruang Mantiq
Sebagai sarana berpikir, logika memainkan peran penting sebagai “alat pemindai” untuk mengidentifikasi mana pikiran yang logis dan mana yang tidak logis–yang biasa disebut dengan istilah kesalahan berpikir (logical fallacy).
Dalam aktivitasnya sehari-hari, seseorang dengan tanpa sadar dapat terjebak pada logika yang cacat, terutama ketika kesalahan berpikir samar menyelinap. Hal ini tentunya dapat mengarah pada pembuatan keputusan yang tidak tepat dan penarikan kesimpulan yang salah.
Dalam bukunya berjudul “Madilog”, Tan Malaka mengemukakan, bahwa kesalahan berpikir yang dimaksud dalam logika bukanlah suatu kesalahan yang disebabkan karena lapar, pikiran haru atau faktor lainnya, melainkan disebabkan karena lupa atau salah dalam penggunaan cara logika, meskipun terkadang terjadi pula dalam kondisi perut kenyang dan pikiran yang tenang.
Oleh karenanya, melalui artikel ini pembaca akan diajak untuk mengetahui kompleksitas kesalahan berpikir yang umum terjadi di khalayak, serta bagaimana kesalahan-kesalahan ini dapat memberikan dampak signifikan pada kualitas penalaran dan pengambilan keputusan. Lebih lanjut, artikel ini akan memberikan wawasan baru mengenai cara mengurai benang kusut yang dapat mempengaruhi pemikiran seseorang dalam aktifitasnya sehari-hari.
Kesalahan Umum Berpikir Logis
Ada beberapa kesalahan berpikir yang sering terjadi di khalayak, baik secara sadar ataupun tidak. Tapi secara umum, kesalahan berpikir dapat terjadi lantaran satu dari dua hal berikut:
Pertama, premis-premis yang dijadikan sebagai dasar berargumentasi mengalami kekeliruan atau cacat dalam susunannya. Sehingga kehadiran premis yang keliru tadi menyebabkan konklusi yang dihasilkan juga menjadi keliru.
Kedua, terdapat problem yang mendasar dari bentuk premisnya, sehingga menyebabkan hasil yang diperoleh juga mengandung kesalahan.
Perhatikan contoh berikut:
Joko pergi ke Semarang atau ke Demak (premis minor)
Ternyata Joko tidak ada di Demak (premis mayor)
Berarti Joko berada di Semarang (konklusi)
Menyimpulkan Joko berada di Semarang dengan berdasar premis mayor di atas, merupakan bentuk kesalahan. Karena tidak ada yang mengetahui dengan pasti keberadaan Joko sedang dimana, sebab bisa saja Joko sedang tidak berada di Semarang ataupun di Demak.
Kesalahan berpikir bisa terjadi pula pada tidak runtutnya penyataan satu dengan pernyataan yang sudah diakui sebelumnya. Misal, Ani menyatakaan “Bangunan rumah baru saya sudah sempurna. Hanya saja perlu melengkapi sedikit kekurangannya.”