Kesalahan Mendasar Kapitalisme
Persoalan ketimpangan ekonomi selanjutnya akan berimbas pada ketimpangan kekuasaan. Ini berkaitan dengan siapa yang membuat aturan, siapa yang menguasai modal dan siapa yang bisa menantang status quo. Bukan rahasia lagi jika negeri ini banyak memiliki peraturan dan undang-undang yang lebih berpihak pada para pemilik modal ketimbang rakyat banyak. Penguasa sudah dikuasai oleh pengusaha dengan modal tak terbatas untuk melanggengkan posisinya. Akibatnya kebijakan yang diambil oleh penguasa cenderung berlawanan dengan kepentingan publik dan lebih pro kepada kapitalis.
Peran negara diminimalkan, kalau bisa dihilangkan sama sekali. Kekayaan alam yang merupakan milik umum harusnya dikelola negara untuk kepentingan rakyat banyak justru diserahkan kepada swasta, apalagi asing. Swastanisasi dan privatisasi kepemilikan umum sangat membahayakan kepentingan rakyat dan negara secara umum. Dengan dikuasainya milik publik oleh selain negara menyebabkan terjadinya monopoli oleh segelintir kapitalis. Akibatnya, hanya sebagian kecil individu (yang kaya modal) bisa merasakan manfaatnya, sementara sebagian besar rakyat justru tak kebagian. Selain itu masuknya asing dalam pengelolaan SDA membuka celah terongrongnya kedaulatan negara. Keamanan dalam negeri menjadi taruhannya.
Berbagai macam pajak dan iuran yang diterapkan oleh negara adalah bukti nyata minimnya peran negara sekaligus salah pengelolaan negara atas urusan rakyat. SDA yang harusnya hasilnya bisa dirasakan oleh rakyat dalam berbagai bentuk fasilitas pelayanan publik dan pemenuhan kebutuhan pokok, justru dinikmati oleh segelintir kapitalis dan asing. Imbasnya negara tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok rakyat banyak dengan alasan negara tidak punya uang. Atau jika ada dana, itupun dari hutang luar negeri dengan bunga yang sangat besar. Sementara hutang luar negeri itu menjadi pintu masuk penjajahan asing.
Dan untuk membayar hutang luar negeri dibebankan kepada rakyat melalui bermacam pajak. Pajak sendiri dijadikan sebagai sumber pendapatan utama negara, yang artinya APBN disokong oleh pajak rakyat. Sungguh malang nasib rakyat di alam kapitalisme ini, SDA melayang, hutang menggunung, pajak kian mencekik. Kondisi rakyat kian terhimpit.
Sulitnya lapangan pekerjaan dan kran impor yang dibuka luas juga menjadi masalah yang tak kunjung usai. Negara yang harusnya menyediakan lapangan pekerjaan bagi rakyatnya justru membuka pintu masuk untuk tenaga kerja asing. Tenaga kerja lokal harus bersaing dengan asing untuk mengais rezeki di tanahnya sendiri. Begitu halnya dengan dibukanya kran impor, tidak sejalan dengan pemberdayaan produk lokal. Sebuah kontradiksi tatkala pemerintah mendorong produksi lokal untuk dikembangkan, tapi justru dihantam oleh membanjirnya barang-barang impor dengan berbagai fasilitas kemudahannya.
Perekonomian yang disokong dengan bunga bank (riba) tak bisa dihindarkan dalam sistem kapitalisme. Padahal riba (bunga bank) dan berkembangnya sektor non riil (bursa efek, pasar saham dan perangkat pendukungnya) seringkali menjadi penyebab ketidakstabilan ekonomi karena mengakibatkan keputusan investasi tidak terkait langsung dengan sektor riil, baik barang dan jasa. Sehingga pertumbuhan uang lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan sektor riil. Pertumbuhan jumlah uang yang melebihi pertumbuhan sector riil inilah yang menyebabkan terjadinya inflasi karena mengakibatkan daya beli uang terus menurun. Selain keharamannya yang jelas dalam pandangan Islam, riba sangat berbahaya dan merugikan rakyat banyak.
Karena itulah hidup sejahtera dan makmur dalam sistem kapitalisme adalah sebuah fatamorgana belaka. Sesuatu yang dibangun dengan dasar yang keliru akan menghasilkan produk yang keliru juga. Kesalahan dalam dasar pemikiran akan menyebabkan kesalahan merumuskan masalah yang selanjutnya berdampak pada kesalahan dalam mengaplikasikan solusi masalah tersebut.
Islam: Satu-satunya Sistem yang Shahih
Tidak seperti kapitalisme yang merupakan buatan manusia, dimana sarat dengan kepentingan individu-individunya, hingga satu dengan yang lainnya saling bertentangan dan bertikai tanpa akhir. Sementara Islam adalah sebuah ideologi yang berlandaskan pada dasar pemikiran yang menyeluruh tentang kehidupan. Sebuah ideologi yang mampu menjawab secara tuntas tentang problematika mendasar umat manusia, yaitu darimana manusia berasal, untuk apa manusia hidup dan kemana manusia setelah kematian. Ini adalah tiga pertanyaan pokok bagi manusia, dan Islam mampu menjawabnya dengan jawaban yang memuaskan akal, sesuai fitrah dan menentramkan hati. Kenapa? Karena Islam berangkat dari wahyu Illahi, berasal dari Sang Pencipta. Adakah yang lebih paham manusia daripada Sang Pencipta manusia? Jawabnya sudah jelas.
Karena sejatinya tiga hal itulah yang menjadi pertanyaan atau masalah besar bagi manusia. jika manusia mampu menjawabnya dengan benar maka terjawablah seluruh pertanyaan cabang lainnya. Dari waktu ke waktu, dari masa ke masa tiga problematika dasar tersebut tidak pernah berubah. Yang berubah dan berkembang adalah zaman dengan pemasalahan cabangnya. Sedang jawaban mendasar sekaligus solusi hakikinya tetaplah sama, yaitu Islam.
Karena itulah, tidak ada solusi lain bagi permasalahan umat manusia selain kembali pada Islam. Kapitalisme buatan manusia jelas rusak dan merusak bagi kehidupan. Tak bisa dijadikan rujukan pemecahan masalah, apalagi mengantarkan pada kesejahteraan yang hakiki. Tidak ada harapan dalam kapitalisme. Selama sistem bobrok ini terus dilanggengkan, maka selama itu pula kerusakan demi kerusakan akan terus mengiringi kehidupan manusia. Hanya dengan penerapan syariat Islam kaaffah seluruh problematika manusia bisa diselesaikan dengan tuntas. Karena Islam adalah aturan kehidupan yang bersumber dari Sang Pemilik Kehidupan, Allah SWT. Wallahu a’lam bish-shawab.
Dina Wachid