Ketika Dunia Membutuhkan Khilafah
Saat ini dunia seperti desa kecil. Hampir tidak ada wilayah yang dihuni manusia di dunia kini yang tidak terhubung internet. Kejadian di Tasikmalaya pagi ini bisa langsung diketahui di London atau New York. Kejadian di Mekkah sore ini bisa langsung diketahui di pelosok Bekasi dan Kudus.
Peta dan sumberdaya di hampir semua wilayah di bumi juga sudah dideteksi dengan satelit. Tambang emas di Kalimantan misalnya sudah lama diketahui di New York. Sumber minyak di Bojonegoro bisa dideteksi dengan cepat dari London dan seterusnya.
Makanan pun sudah mengglobal. Restoran McDonald di Malang sama rasanya dengan yang di Mekkah. Restoran KFC di Bogor sama rasanya dengan yang di Washington.
Bila fashion, food dan fun mengglobal, begitu juga ideologi mulai mengglobal. Manusia mulai mencari apa agama atau ideologi yang cocok atau yang benar di era internet ini.
Para ahli cendekiawan dunia (elite global) mulai membandingkan kitab suci antaragama. Membandingkan Al-Qur’an, Bibel, Talmud dan lain-lain.
Kita bisa menebak hasilnya bila kitab-kitab suci dunia dibandingkan dengan obyektif. Hasilnya pasti Al-Qur’an yang otentik. Yang suci hanya Al-Qur’an, yang lainnya ‘kotor’ alias telah banyak campur tangan manusia.
Yang mukjizatnya dirasakan hingga kini hanyalah Al-Qur’an. Yang kalimat-kalimatnya mengandung sastra yang mengagumkan hanya Al-Qur’an. Yang kalimat-kalimatnya ‘mudah dihafal atau dimengerti’ hanyalah Al-Qur’an. Yang kalimat-kalimatnya tidak berubah lebih dari 1400 tahun hanya Al-Qur’an.
Para elit global ini faham bahwa Al-Qur’an satu-satunya kitab suci yang tiap hari dibaca oleh jutaan orang di rumah-rumah orang Islam. Mereka juga faham ayat-ayat Al-Qur’an disuarakan tiap hari di musholla, masjid, lapangan dan rumah-rumah di banyak wilayah dunia.
Tidak ada kitab suci yang dibaca tiap hari di rumah-rumah. Tidak ada kitab suci yang kalimat-kalimatnya bisa ditelusuri keasliannya hingga ke sumbernya pertama (Nabi Muhammad Saw). Tidak ada kitab suci yang mukjizatnya bisa menyentuh ke relung hati orang awam hingga cendekiawan. Tidak ada kitab suci yang makna-maknanya terus bermunculan, sehingga kaum cendekia dibuat terkagum-kagum. Tidak ada kitab suci yang mampu menjawab permasalahan manusia kini dengan jawaban yang mencerahkan akal, memuaskan jiwa dan sesuai fitrah manusia.
Dunia sekuler kini sedang dilanda permasalahan yang hebat. Mulai dari ekonomi yang ‘ruwet dan terus merosot’, kemiskinan dunia yang tidak kunjung turun, moral yang rendah di banyak negara, minuman keras yang mengglobal, angka pengangguran yang tinggi di berbagai negara dan lain-lain.
Dunia membutuhkan sebuah sistem baru yang diharapkan mengatasi semua problem itu. Dunia membutuhkan sebuah nilai baru yang menjadi panduan Bersama untuk menata dunia lebih baik, adil dan Makmur. Dunia membutukan sebuah kitab suci yang menjadi panduan bersama bagi para pemimpin (elite global) dan rakyat.
Setelah mempelajari dengan seksama, para elit global itu menemukan bahwa hanya Al-Qur’an yang tepat untuk menjadi panduan Bersama untuk mengatur dunia. Hanya Al-Qur’an yang tepat untuk mengatasi problematika manusia di ‘dunia modern’ ini. Hanya Al-Qur’an yang pas untuk menjawab masalah manusia, baik masalah lahir maupun batin.