SUARA PEMBACA

Ketika Si Miskin Hanya Mampu Bermimpi

Indonesia mendapatkan predikat baru jelang akhir tahun ini. Sayangnya, bukan predikat yang baik. Negara kepulauan ini masuk dalam 100 negara miskin di dunia. Hasil ini didapat dari pengukuran Gross National Income (GNI) atau pendapatan nasional bruto per kapita.

Anehnya, meskipun termasuk negara miskin, mobil mewah di Indonesia tetap laris. Salah satunya adalah mobil Range Rovergenerasi kelima. Mobil seharga 5,9 miliar ini baru saja masuk kedalam Indonesia. Direktur Pemasaran PT JLM Auto Indonesia, Irvino Edwardly mengatakan bahwa kendaraan mewah ini berstatuslimited. Jadi, hanya tersedia 50 unit. Namun, dalam hitungan hari, mobil itu telah terjual separo lebih. (detik.com, 27/9/2022)

Kesenjangan Ekonomi Semakin Tinggi

Meskipun telah dinyatakan merdeka dari penjajahan selama 77 tahun, tetapi rakyat Indonesia belum sepenuhnya sejahtera. Kesenjangan ekonomi antara si miskin dan si kaya masih ada. Bahkan semakin dalam dan lebar.

Menurut World Inequality Report 2022, kesenjangan ekonomi di Indonesia tidak banyak berubah dalam dua dekade terakhir. Data yang menyebutkan bahwa antara tahun 2001-2021, 50% penduduk Indonesia hanya memiliki 5% kekayaan rumah tangga nasional. Di sisi lain, ada 10% penduduk yang menguasai 60% kekayaan rumah tangga nasional. Kekayaan rumah tangga nasional atau total household wealth merupakan jumlah seluruh aset finansial maupun nonfinansial.

Sebenarnya, tingkat kekayaan di Indonesia mengalami pertumbuhan yang signifikan sejak tahun 1999. Sayangnya, hal itu tidak merata. Akibatnya, terjadi ketimpangan kekayaan. Pada tahun 2021, rasio kesenjangan pendapatan di Indonesia adalah 1:19. Artinya, mereka yang termasuk dalam kelas ekonomi teratas, rata-rata memiliki pendapatan 19 kali lipat lebih tinggi dari mereka yang masuk dalam kelas ekonomi bawah. Rasio ini bahkan lebih besar dibandingkan Amerika Serikat. Negara Paman Sam itu mempunyai kesenjangan pendapatan sebesar 1:17.

Setiap tahun, pemerintah selalu merilis angka pertumbuhan ekonomi. Namun, angka itu tidak pernah menjelaskan bagaimana distribusi pertumbuhan ekonomi dalam masyarakat, siapa saja yang diuntungkan, serta siapa yang dirugikan. Fakta yang ada menunjukkan bahwa distribusi pertumbuhan ekonomi itu tidak merata sehingga menimbulkan kesenjangan pendapatan.Kesenjangan pendapatan ini terjadi sejak tahun 1980-an, seiring dengan program deregulasi dan liberalisasi di berbagai negara.
(katadata.co.id)

Kapitalisme, Penyebab Kesenjangan Ekonomi

Sejak Amerika Serikat dan sekutunya berhasil memaksakan penerapan demokrasi di berbagai negara, liberalisasi di berbagai bidang pun terjadi. Liberalisasi ekonomi membuat para pemilik modal semakin mudah dalam memuaskan kecintaan terhadap harta.

Liberalisasi ekonomi memungkinkan siapa pun untuk mengumpulkan harta. Tidak masalah, seberapa banyak jumlahnya, sepanjang mereka mampu melakukannya. Demikian pula, tidak masalah jika dalam upayanya mengumpulkan harta itu, ia harus menyikut siapa saja yang menghalangi. Dapat dikatakan bahwa dalam liberalisasi ekonomi, yang berlaku adalah hukum rimba. Maka, siapa yang kuat, dialah yang menang.

Inilah yang menyebabkan terjadinya ketimpangan pendapatan di berbagai negara yang menganut sistem ekonomi kapitalis, termasuk di Indonesia. Ketimpangan ini kemudian ditambal dengan memberikan bantuan sosial. Misalnya dengan memberikan bantuan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan, Jaminan Kesehatan Nasional, membantu pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), memperkuat kelembagaan pelatihan vokasi di seluruh Indonesia agar dapat memenuhi kebutuhan pasar kerja masa depan.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button