Konser Coldplay dan Bahaya Hedonisme
Berikut adalah beberapa poin penting pandangan Islam terhadap hedonisme:
- Tujuan Hidup yang Lebih Luas: Dalam Islam, tujuan hidup bukan hanya mencari kebahagiaan duniawi semata, tetapi juga mencapai kebahagiaan abadi di akhirat. Islam mengajarkan bahwa kesenangan dan kenikmatan duniawi hanya bersifat sementara, sedangkan kebahagiaan yang hakiki adalah meraih ridho Allah dan mendapatkan surga di akhirat.
- Pengendalian Diri dan akhlak mulia: Islam mendorong umatnya untuk memiliki kendali diri dan memperhatikan aspek akhlak yang mulia dalam mengejar kebahagiaan. Tidak semua bentuk kesenangan dianggap baik atau dihalalkan dalam Islam. Terdapat batasan halal haram yang harus diikuti, dan Islam menekankan pentingnya norma, akhlak, dan kebaikan dalam tindakan dan perilaku.
- Menikmati hidup sesuai dengan aturan syariah: Islam tidak melarang manusia untuk menikmati kehidupan dunia, namun kenikmatan dunia tersebut harus sesuai dengan aturan Allah. Karena kehidupan dunia yang halal memang diciptakan Allah untuk dinikmati dan disyukuri oleh manusia. Namun kenikmatan dunia tersebut tidak boleh melampaui batas yaitu melanggar batasan yang haram. Serta jangan sampai kenikmatan dunia tersebut melalaikan dari mengingat Allah dan menjalankan kewajiban.
- Kebaikan untuk Individu dan Masyarakat: Islam mengajarkan pentingnya mempertimbangkan kepentingan individu dan masyarakat dalam mengejar kebahagiaan. Tindakan yang merugikan orang lain atau masyarakat secara keseluruhan tidak dianjurkan dalam Islam, bahkan jika tindakan tersebut memberikan kesenangan pribadi.
Berikut ini beberapa dalil dari Al-Qur’an dan Hadis terkait keharaman hedonisme dalam perspektif Islam:
- Dalil dari Al-Qur’an:
وَلَا تَمْشِ فِى ٱلْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّكَ لَن تَخْرِقَ ٱلْأَرْضَ وَلَن تَبْلُغَ ٱلْجِبَالَ طُولًا
“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong. Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali tidak akan mencapai ketinggian gunung.” (Surat Al-Isra’ [17]: 37)
وَلَا تُفْسِدُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَٰحِهَا وَٱدْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ ٱللَّهِ قَرِيبٌ مِّنَ ٱلْمُحْسِنِينَ
“Dan berjalanlah di muka bumi ini dengan tenang hati, dan makanlah rezeki yang dikurniakan Allah kepada kamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi setelah ia (bumi) itu teratur. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu beriman.” (Surat Al-A’raf [7]: 56)
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَٰلُكُمْ وَلَآ أَوْلَٰدُكُمْ عَن ذِكْرِ ٱللَّهِ ۚ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْخَٰسِرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (Surat Al-Munafiqun [63]: 9)
قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ ٱللَّهِ ٱلَّتِىٓ أَخْرَجَ لِعِبَادِهِۦ وَٱلطَّيِّبَٰتِ مِنَ ٱلرِّزْقِ ۚ قُلْ هِىَ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ ۗ كَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ ٱلْءَايَٰتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
“Katakanlah: “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?” Katakanlah: “Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat”. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.” (Surat Al A’raf : 32)