SIRAH NABAWIYAH

Konten Dakwah Rasulullah Saw

Adalah penuh liku, terjal serta menguras pikiran, tenaga, harta dan jiwa perjalanan dakwah Rasulullah Saw. Adalah kecaman, propaganda negatif, penyiksaan fisik dan pemboikotan tantangan dakwah Rasulullah Saw. Adalah perang pemikiran dan fisik upaya Rasulullah Saw dalam menghadapi tantangan dakwah.

Rasulullah Saw berdakwah selama 23 tahun sejak dekrit kenabian turun dari Allah SWT dengan datangnya wahyu (QS. Al ‘Alaq ayat 1-5). Dakwah di Mekkah selama 13 tahun dan di Madinah selama 10 tahun. Ketika di Mekah Rasulullah Saw berdakwah belum mempunyai kekuasaan. Kafir Quraisy yang mengendalikan kekuasaan. Dakwah Rasulullah Saw bersama para shahabat atas nama hizb mabdaii (kelompok Islam ideologis). Penolakan dakwah di Mekkah datang dari rezim penguasa Quraisy. Penyiksaan fisik mewarnai perjalanan dakwah di Mekkah. Tapi Rasulullah Saw melawannya hanya dengan perang pemikiran tanpa ada perlawanan balasan secara fisik.

Ketika di Madinah Rasulullah Saw mempunyai kekuasaan dan dakwah atas nama negara. Kekuasaan tersebut ada setelah Rasulullah Saw dibai’at dalam bai’at aqabah dua oleh perwakilan suku Aus dan Khazraj. Penolakan dakwah tetap datang dari rezim penguasa Quraisy. Ditambah lagi dengan rezim penguasa kabilah Arab lainnya serta orang munafik dan Yahudi di dalam Madinah. Perang pemikiran tetap mewarnai dakwah tapi disertai perang fisik melawan kekuatan menghalangi dakwah.

Menarik untuk dikaji, apa sebenarnya konten dakwah Rasulullah Saw yang menyebabkan adanya penolakan dakwah? Padahal sebelum diangkat menjadi Nabi, Muhammad mendapat gelar dari masyarakat Quraisy sebagai al-Amin (yang dapat dipercaya). Padahal berita kenabian terakhir telah Allah SWT kabarkan secara rinci pada ahlul kitab (Nashrani dan Yahudi) dalam kitab suci Taurat dan Injil. Padahal mukjizat Rasulullah Saw nampak jelas dan tak terbantahkan saat dakwah baik di Mekkah maupun Madinah.

Konten dakwah Islam yang disampaikan Rasulullah Saw baik di Mekkah maupun Madinah meliputi tiga hal, yaitu:

Pertama, perbaikan akidah (tashhiihu al ‘aqaaidi).

Kemusyrikan di Mekkah begitu pekat. Ka’bah sebagai tempat ibadah tauhid warisan Nabi Ibrahim dan Ismail dihiasi dengan ratusan berhala. Masyarakat menganggap berhala sebagai perantara yang mendekatkan diri dengan Allah SWT dan pemberi syafa’at. Mereka menjadikan makhluk sebagai sesembahan. Mereka tak mempercayai hari kiamat dan hari kebangkitan setelah kematian. Akidah ini dianggap benar karena mereka mendapatkannya turun temurun dari nenek moyang.

Rasulullah Saw menjelaskan kebatilan akidah tersebut dengan mengajak masyarakat berpikir secara mendalam. Bahwa sesembahan selain Allah seperti berhala adalah buatan tangan manusia, lemah dan terbatas. Sesembahan tersebut menolong diri sendiri saja tak mampu. Tak dapat menciptakan sesuatu apapun. Tak dapat menurunkan rezeki dan hujan.

Ratusan ayat-ayat Al-Qur’an disampaikan untuk memantik dan membuka pikiran terkait tanda-tanda kekuasaan Allah SWT baik di langit dan bumi. Bahwa Allah adalah ilah yang Esa tak ada sekutu bagiNya. Allah adalah Rabb semesta alam yang Maha Pencipta dan Pengatur kehidupan hambaNya. Kehidupan setelah kematian disertai dengan pertanggungjawaban amal adalah kepastian yang Allah SWT tetapkan.

Rezim penguasa Quraisy yang menjadikan berhala sebagai sumber cuan seperti Umayyah bin Khalaf tentu saja menentang. Karena akidah Islam shahih akan menjadikan orang menolak dan meninggalkan berhala. Ini alarm kejatuhan ekonomi mereka. Bagi yang kadung mencintai kemusyrikan seperti Abu Lahab pun menentang. Mereka menganggap ajaran tauhid Rasululullah Saw memecah belah masyarakat.

Di Madinah Rasulullah Saw menjelaskan ayat Al-Qur’an terkait kekafiran Nasrani yang mengklaim Allah adalah satu dari tiga tuhan. Menjelaskan bahwa penciptaan Nabi Isa seperti penciptaan nabi Adam. Pun Rasulullah Saw menjelaskan ayat Al-Qur’an terkait kekafiran Yahudi yang menuduh Allah memiliki anak. Ayat Al-Qur’an juga mengungkap bahwa ahlul kitab mengenal Muhammad sebagai nabi terakhir sebagaimana mereka mengenal anak mereka sendiri. Tapi karena kedengkian atas karunia Allah, mereka mengingkari itu semua.

Kedua, penguatan hubungan dengan Allah SWT (taqwiyyatu ash shilati billah).

Akidah yang diajarkan Rasulullah Saw melalui proses berpikir menjadikan keimanan yang tasliim (penyerahan diri). Keimanan ini dapat menumbuhkan kesadaran hubungan dengan Allah SWT (idrak shilah billah) dimanapun, kapan pun dan kondisi apapun. Kesadaran inilah yang mengikat aqliyah (pola pemikiran) dan nafsiyah (pola sikap) muslim dengan asas akidah Islam.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

BACA JUGA
Close
Back to top button