Lima Semester Anita Tanggalkan Jilbabnya
- PENGANTAR REDAKSI: Tabloid Suara Islam edisi 173, 31 Januari-14 Februari 2014 M, menjadikan kasus pelarangan jilbab siswi SMAN 2 Denpasar, Bali, Anita Whardani, sebagai laporan utama. Redaksi memandang laporan ini nampaknya sangat kontekstual untuk dilansir kembali di Suara Islam Online. Berikut laporan selengkapnya:
Tindakan intoleran dirasakan minoritas umat Islam di Bali, salah satunya adalah dengan melarang para siswi Muslim di sekolah-sekolah negeri untuk berjilbab.
Anita sangat bahagia. Perjuangan dan penantian panjangnya untuk mengenakan jilbab saat sekolah akhirnya tercapai. Senin (13/01/2014) adalah hari pertama bagi Anita Whardani (17), siswi SMAN 2 Denpasar, Bali, menggunakan jilbabnya dalam kegiatan belajar di kelas.
Dia mengenakan seragam khas setelan rok panjang, blus lengan panjang dan kerudung, semuanya berwarna putih. “Sejak hari ini dan seterusnya, saya akan mengenakan seragam khas ke sekolah,” kata Anita.
Tidak mudah bagi Anita untuk mengenakan jilbab saat bersekolah. Lima semester dia terus berjuang supaya sekolah favorit di Denpasar itu membolehkannya mengenakan jilbab.
“Alhamdulillah senang banget. Penantian panjang saya dan teman-teman terwujud dengan turunnya izin dari sekolah,” kata Anita saat menjawab pertanyaan Suara Islam melalui fasilitas LINE, Senin sore (13/1/2014).
Perasaan senang juga dirasakan kedua orang tua Anita, Parwoto dan Ni Made Sulastri. Anita mengaku orang tuanya sangat mencemaskannya ketika dirinya terus memperjuangkan jilbab. Sebab saat itu pihak sekolah sudah memberikan opsi supaya Anita pindah sekolah.
Selain senang, Anita juga mengaku terharu. Alasannya karena siswi XII IPA I ini melihat bersatunya umat Islam serta adanya dukungan juga dari kalangan non-Islam.
“Ya Allah, setelah ini perjuangan semakin berat. Dag dig dug juga. Mesti sabar dalam kesenangan dan keharuan ini,” ungkapnya haru.
Anita mengakui, walaupun teman-temannya sebagian beragama non-Islam tetapi mereka mendukung apa yang ia perjuangkan. Menurut Anita mereka juga terus mendukung dan menghibur supaya ia bersabar dalam perjuangan.
“Di luar (luar Bali, red) apalagi, saya pun tak kenal dengan mereka tapi mereka mendukung,” ungkap siswi yang berniat kuliah di UGM setelah lulus SMAnya ini.
Menurut keterangan Anita, secara lisan mulai Senin (13/1) SMAN 2 Denpasar telah membolehkan siswinya yang muslimah untuk mengenakan jilbab. Tetapi aturan secara tertulis diakuinya memang belum berubah. “Dibebaskan tapi tidak tertulis,” kata aktivis Pelajar Islam Indonesia (PII) Denpasar ini.
Untuk aturan sekolah, lanjut Anita, rencananya pada Februari mendatang pihak sekolah akan mengadakan dialog terbuka untuk membahas persoalan ini. “Insyaallah bakal diubah peraturannya,” katanya optimis.