Lima Semester Anita Tanggalkan Jilbabnya
- PENGANTAR REDAKSI: Tabloid Suara Islam edisi 173, 31 Januari-14 Februari 2014 M, menjadikan kasus pelarangan jilbab siswi SMAN 2 Denpasar, Bali, Anita Whardani, sebagai laporan utama. Redaksi memandang laporan ini nampaknya sangat kontekstual untuk dilansir kembali di Suara Islam Online. Berikut laporan selengkapnya:
Kronologi
Kasus pelarangan menggunakan jilbab di SMAN 2 Denpasar, Bali, sebenarnya terjadi sejak lama. Sejak Anita Whardani, gadis muslimah Bali kelahiran 4 April 1996, masuk ke sekolah tersebut pada 2011 lalu. Hampir selama tiga tahun perjuangan untuk mengenakan jilbab dilakukan Anita, tetapi tidak membuahkan hasil. Kepala Sekolah, Ketut Sunarta, bergeming.
Anita Whardani masuk ke SMAN 2 Denpasar pada 2011 lalu. Sebelumnya Anita menyelesaikan pendidikan SD di SD Muhammadiyah 1 Denpasar dan SMP Muhammadiyah 1 Denpasar.
Anita adalah seorang siswi berjilbab. Sebelum mendaftar ke SMA, Anita sudah mengetahui bahwa di SMAN 2 Denpasar akan mengalami kesulitan untuk mengenakan jilbab. Informasi tersebut dia dapat dari guru SMP-nya.
Sebenarnya ia ragu untuk mendaftarkan dirinya ke SMAN 2 Denpasar, namun karena dorongan dan permintaan dari kedua orang tuanya, dia pun mendaftar juga ke sekolah favorit tersebut. Anita memilih untuk menuruti keinginan orang tuanya.
Ketika daftar ulang pada bulan Juli 2011, ada seorang petugas dari sekolah yang melihat ijazah SMP Anita mengenakan jilbab, lalu petugas tersebut memberitahu Anita agar tidak mengenakan jilbabnya saat masuk sekolah nanti. Anita belum mengenal siapa nama dan jabatan petugas tersebut. Sontak, Anita mengalami keguncangan batin saat mendengar hal itu.
Ketika Masa Orientasi Siswa (MOS) selama satu minggu pada 18-23 Juli 2011, Anita tidak mengenakan jilbabnya. Tapi saat kegiatan tersebut, Anita melihat dua orang peserta MOS yang mengenakan jilbab. Di saat itu juga, terlihat satu orang kakak kelasnya yang juga mengenakan jilbab. Kemudian harapan untuk dapat berjilbab pun kembali muncul pada diri Anita.
Pada 25 Juli 2011, Anita memulai sekolah perdananya tanpa mengenakan jilbab. Ketika Anita masuk sekolah, ternyata sudah tidak ada lagi kakak kelasnya yang memakai jilbab begitu pula teman seangkatannya.
Setahun sebelum Anita masuk SMAN 2 Denpasar, ada seorang siswi bernama Ria Putri Lestari yang berjilbab. Putri dapat mengenakan jilbabnya selama bersekolah lantaran kepala sekolah saat itu, I Gusti Gde. Raka, mengabulkan permohonan Putri untuk mengenakan.
Pada 2008 terjadi pergantian Kepala Sekolah. Ketut Sunarta menjabat sebagai Kepala SMAN 2 Denpasar. Pergantian kepala sekolah ini tidak mempengaruhi perizinan Putri untuk mengenakan jilbabnya saat bersekolah. Putri tetap mengenakan jilbabnya hingga ia lulus dari SMAN 2 Denpasar pada 2010.
Anita dan Putri adalah sesama anggota Pelajar Islam Indonesia (PII) Denpasar, hanya saja mereka berbeda angkatan.