SOSOK

Lintasan Perjuangan KH Mas Abdurrahman

Praktik di lapangan hanya sebagian kecil pribumi yang merasakan kebijakan itu. Hal ini menjadi perhatian besar para Kiai kampung di Menes, bahwa mereka butuh sosok meriam pemikiran untuk membawa Menes khususnya dan sekitarnya pada umumnya dari jurang kebodohan. Para Kiai di Menes berkumpul mengadakan musyawarah, pada kongklusinya para beliau sepakat memanggil putera daerah yang sedang menimba ilmu di Mekkah.

Perlawanan Nasional Kiai di Menes

Masa itu, dua identitas pada orang-orang Belanda yang menjajah di Indonesia sangat kuat, identitas sebagai pemerintahan Kristen sekaligus pemerintahan kolonial. Di mata umat Islam, pemerintahan kolonial sering dituduh sebagai pemerintahan Kristen, sementara pelbagai kebijaksanaan pemerintah maupun aktivitas zending dan misi sendiri, justru sering mempersubur tuduhan tersebut (Aqib Suminto, 1984).

Sekolah-sekolah Kristen acapkali mendapat subsidi dari pemerintahan kolonial, dan melakukan pengajaran KeKristenan pada murid-murid Islam. Sekolah-sekolah negeri juga sering dimanfaatkan untuk kepentingan propaganda suatu aliran Gereja (Aqib Suminto, 1984).

Ketimpangan-ketimpangan di lapangan yang terjadi, tergumul menjadi semangat perlawanan. KH Mas Abdurrahman, KH Entol Yasin, KH Tb Mohamad Sholeh menginisiasi pembentukan Mathla’ul Anwar untuk salah satunya sebagai entitas perlawanan atas dominasi Belanda. Dominasi yang menyebabkan semakin melebarnya jurang pribumi dengan koloni.

Ada beberapa faktor pendorong bagi pembaruan pendidikan Islam di Indonesia pada awal abad 20, diantaranya adalah sifat perlawanan nasional terhadap penguasa kolonial Belanda (Steenbrink, 1986).

Sifat perlawanan nasional dan masuknya ide-ide pembaruan pemikiran Islam ke Indonesia sangat besar pengaruhnya bagi terealisasinya pembaruan pendidikan. Pada 1916, KH Mas Abdurrahman (santri lulusan Makkah) yang sudah tersentuh arus pembaruan membawa gagasan modernisasi pendidikan Islam ke Menes. Dari Menes lahir sebuah gagasan yang akomodatif, dengan memodifikasi pendidikan Islam menjadi modern – tidak tertinggal dan tidak terbawa arus westernisasi.

Menes Sebelum dan Setelah Kedatangan KH Mas Abdurrahman

Pada mulanya, pendidikan Islam di Menes dilaksanakan secara informal. Dari surau ke surau, majelis ke majelis, langgar ke langgar, kampung ke kampung. Sistem pengajaran seperti ini tidak berkelas-kelas, tidak memakai bangku, meja, papan tulis, dan hanya duduk sila saja, mendengarkan syiar agama dari Kiai secara serius.

Laman sebelumnya 1 2 3 4 5Laman berikutnya
Back to top button