Makanan dan Bacaan dalam Perspektif Islam
Perspektif Islam
Makanan dan Bacaan sangat besar pengaruhnya dalam pembentukan karakter. Orang bisa berubah karena pengaruh makanan dan bacaan. Orang yang kesulitan memenuhi kebutuhan dasarnya, bisa menjadi murtad. Dalam sebuah riwayat menyebutkan, “Hampir-hampir kefakiran itu menjerumuskan kamu pada kekafiran”. Oleh karenanya Islam sangat memperhatikan kedua hal ini. “Hendaklah manusia memperhatikan makanannya”. (QS XXX, ‘Abasa [80]. 24).
Dan dalam Ayat-ayat Suci banyak disebutkan tentang makan dan makanan tentu termasuk minuman.
(1) Makanlah dari apa yang telah diberikan Allah kepadamu sebagai rezeki yang halal dan baik serta bertakwalah kepada Allah yang kamu iman kepada-Nya. (QS VI, al-Maidah [5]. 88).
(2) Makan dan minumlah dari rezeki Allah, dan janganlah kamu melakukan kejahatan di bumi dengan berbuat kerusakan. (QS I, al-Baqarah [2]. 60).
(3) Allah berfirman, “Hai para rasul! Makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal kebajikan. Sungguh, Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS XVI, al-Mukminun [23]. 51).
Dari ayat-ayat suci di atas dapat dipahami bahwa makan dan makanan ada korelasinya dengan kelakuan manusia, bahkan pada perubahan karakter.
Sari makanan dan minuman yang masuk dalam tubuh, dialirkan melalui darah. Jika makanan dan minuman yang dikonsumsi jenisnya haram dan atau cara memperolehnya pun dengan cara yang haram, maka ketika saripati makanan itu beredar ke seluruh tubuh melalui darah, ia telah bersekutu dengan setan, karena setan pun mempengaruhi karakter manusia juga melalui peredaran darah. Maka pantas jika Nabi SaW memperingatkan, “Daging yang tumbuh dari sesuatu yang haram maka neraka lebih utama baginya”. Dalam riwayat lain, makanan dan minuman yang haram mengakibatkan “doa yang dipanjatkan bakal ditolak oleh Allah SwT”. Kita mengenal istilah “naik pitam” atau “darahnya mendidih”, “mukanya merah padam”, “lupa daratan”, “gelap mata”, dsb. Itu semua adalah pengaruh makanan dan minuman haram, yang saripatinya bersekutu dengan setan dalam aliran darah.
Demikian pula halnya dengan membaca dan bacaan. Bahkan Allah SwT menjadikannya sebagai wahyu pertama, ajaran Islam yang pertama dan utama. Sekaligus menjadikannya sebagai nama Kitab Suci-Nya, Al-Qur’anul Karim – Bacaan Mulia. Disamping makanan, Ayat-ayat Suci banyak menyebut tentang Bacaan dan Membaca, seperti diungkap dalam surat Iqra’.
- Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang Menciptakan,
- Allah telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
- Bacalah, dan Tuhanmu Yang Maha Mulia,
- Allah mengajar manusia dengan Pena,
- Allah mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.
(QS XXX, al-Alaq [96]. 1-5).