Manajemen Wakaf Harus Masuk ke Episentrum Ekonomi
Gus Solah, kata Heppy, mengatakan bila Tebu Ireng memiliki banyak sekali tanah wakaf di seluruh Indonesia. Sayangnya, lebih banyak yang tidak produktif.
Heppy juga mengaku bertemu dengan jajaran Islamic Development Bank (IDB) yang memiliki program investasi di lahan-lahan wakaf. “Bicara wakaf, potensinya luar biasa. Funding banyak, tapi masalahnya mereka belum hadir di Indonesia,” kata Heppy.
Pembina Baitul Wakaf, Ustaz Asih Subagyo, dalam kesempatan yang sama mengamini pernyataan Heppy. Menurut Asih, saat wakaf masuk ke sektor produktif akan memberikan kemanfaatan yang lebih besar dibandingkan dengan wakaf ‘mainstream’ yang selama ini dilakukan.
“Wakaf akan memberikan kontribusi yang nyata, wakaf itu akan menurunkan biaya produksi,” kata dia.
Untuk sektor produktif di masa yang akan datang, pasca wabah COVID-19, Asih menyebutkan setidaknya beberapa jenis bidang usaha akan tampil sebagai pemenang. Bidang usaha itu adalah Agriculture, E-Comerce, ICT, Personal and Healthcare, Food Processing dan Retail.
Sementara itu, Komisioner Badan Wakaf Indonesia (BWI) Juris Efrida Robyantono, mengatakan, wakaf adalah salah satu instrumen peradaban ekonomi umat.
Khusus untuk kesuksesan program wakaf produktif, BWI terus melakukan sosialisasi. Baik ke kalangan kampus maupun pengusaha.
BWI, kata Robi, pernah mengumpulkan para pengusaha, terutama mereka yang berasal dari kalangan BUMN. Perusahaan BUMN menjadi sasaran prioritas sebab permodalannya lebih besar dan dapat disuntik oleh pemerintah. “Proses sudah kita lakukan, tetapi belum pecah telur,” kata dia.
Red: shodiq ramadhan