Manuskrip Al-Qur’an di Pondok Pesantren Darul Muqoddas Tambakromo Pati

Diperkirakan pada zaman tersebut belum terdapat pelajaran Tanafus, yang akhirnya pembaca bisa berhenti ditengah ayat dan mengambil nafas tanpa perlu mengulang. Ayat dari manuskrip tersebut sangat jelas masih mudah untuk di baca, karena hampir sama seperti tulisan mushaf Rasm Utsmani dan Imla’i saat ini. Harakat fathah, kasrah, dhammah, dan tanda sukun juga terlihat jelas di mushaf manuskrip al-Qur’an tersebut.
Dalam mushaf ini juga belum ditemukan tanda baca tambahan untuk bacaan-bacaan tajwid, seperti garis lengkung atau gelombang diatas sebagai tanda hukum bacaan Mad.

Iluminasi pada mushaf ini terdapat pada tiga tempat, pertama pada halaman awal, yaitu Surah Al-Baqarah dan Surah Al-Fatihah. Kedua, pada awal Surah Al-Kahfi. Ketiga, pada akhir mushaf, yaitu pada Surat Al-Falaq dan An-Nas.
Iluminasi dalam mushaf ini menggunakan hiasan flora yang minimalis namun terlihat elegan yang dipadu dengan ornamen berbentuk anyaman dengan warna hitam dan putih membentuk tameng khas Jawa.
Bahan kertas yang digunakan dalam penulisan naskah ini menurut narasumber adalah menggunakan Daluang. Daluang merupakan kertas yang berasal dari kulit pohon, yang cara membuatnya dipuku-pukul, berbunyi dhok-dhok, dan oleh karena itu, di Jawa Timur juga disebut sebagai kertas gedhok.
Namun, berdasarkan pengamatan penulis, kertas yang digunakan dalam penulisan manuskrip ini bukanlah daluwang, tapi Kertas Eropa. Hal ini dapat kita amati berdasarkan adanya watermark dan countermark yang nampak ketika kertas tersebut diterawang.
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan akan menambah wawasan serta pengetahuan kita terhadap ragam manuskrip di Indonesia serta menambah khazanah pemahaman terhadap tradisi penyalinan Al-Qur’an nusantara dan mendukung pelestarian warisan keislaman. []
Tim Penulis: Always Nailun Najah, Royhaan Ahmad N.H, dan Mukhamad Shofaul Puadi, Mahasiswa dari Universitas Islam Negeri Sunan Kudus.