OASE

Masjid dan Peradaban Umat Islam

Peradaban Non Fisik Masjid

Selain yang bersifat fisik bangunan, peradaban yang berkaitan masjid juga ada yang berbentuk non fisik, tidak dalam wujud gedung, alat dan sarana perlengkapan. Hal ini telah diwujudkan sejak zaman Nabi Ibrahim as, dilanjutkan Nabi Ismail as, lalu oleh Nabi Muhammad Saw.

Bahkan beliau ketika hijrah, berhasil membangun dua masjid bersejarah. Masjid Quba dan Masjid Nabawi di Madinah Al Munawarah. Kedua masjid ini telah memberikan teladan dalam membangun peradaban Islam.

Selain peradaban fisik bangunan, juga peradaban non fisik, yakni yang berkaitan dengan nilai nilai tauhid, ibadah, dakwah dan kemanusiaan.

Pertama, peradaban dalam membersihkan tauhid, keesaan Allah. Hanya di masjid tauhid, mengesankan Allah dan tidak mempersekutukannya dengan apapun, dipelihara, ditanamkan dan dibuktikan.

Dalam azan dan iqamah, yang tidak ada di tempat ibadah lain, nama Allah dan Rasul Nya disebutkan terus menerus selama lima waktu shalat.

Dalam shalat wajib dan Sunnah di masjid juga disebut nama Allah dan tidak ada sekutu bagi-Nya dengan sesuatu apapun. Demikian pula dalam zikir dan doa, banyak disebut pula asma Allah dan Rasul-Nya. Benar-benar masjid menjadi baitullah (rumah Allah) yang hampir tiap waktu diagungkan di sucikannya, suatu hal yang berbeda dengan rumah ibadah lainnya. Walau ada yang menggunakan nama “baet Allah”.

Kedua, duduk sama rendah berdiri sama tinggi. Peradaban persamaan hak, kedudukan dan kewajiban lahir dari masjid. Sehingga umat Islam berpegang tidak hanya pada hak hak asasi manusia saja, tapi juga kewajiban asasi yang dilandasi tauhid dan syariah Nya. Ini berbeda dengan pandangan sekuler dunia barat dan berbagai isme lainnya yang hanya mengedepankan hak hak asasi manusia tapi mengabaikan kewajiban asasi. Bahkan mereka tidak melandasinya dengan tauhid dan syariah.

Dampaknya terhadap kehidupan manusia dan masyarakat luar biasa, mengarah pada kerusakan dan kehancuran hidup dan kehidupan mereka di dunia, apalagi di akhirat. Sedangkan peradaban dalam Islam yang dilahirkan dari masjid ini justru sebaliknya. Ia memberikan keadilan, ketentraman, kebahagiaan, keharmonisan, kedamaian dan keberkahan di dunia dan akhirat.

Ketiga, memelihara kesucian dan kebersihan lahir batin. Masjid melahirkan peradaban yang mulia dengan aktifitas hidup umat Islam agar selalu memelihara kesucian dan kebersihan lahir batin.

Umat Islam selama ini dipandang tidak bersih dan tak perduli pada kebersihan, jorok dan kotor. Padahal mereka yang menuduh itu lebih berat lagi, karena dirinya tidak suci dan bersih dari najis besar dan kecil. Najis besar berbuat syirik. Mereka tidak bersih dari syirk. Najis kecil karena buang air kecil (bak) tidak melakukan istinja (bersuci). Berhubungan seks tidak mandi junub.

Sedangkan umat Islam yang beribadah di masjid pasti dalam keadaan suci dan bersih dari syirk dan najis. Karena itu bersih lahir batinnya. Walaupun pakaian yang mereka kenakan tidak berjas berdasi, tampak lusuh dan kumel. Namun peradaban kesucian dan kebersihan yang dilahirkan dari masjid mereka rasakan dan amalkan.

Karena itu para pengelola masjid perlu memahami bahwa masjid dapat melahirkan peradaban yang bermanfaat bukan saja bagi diri mereka sendiri melainkan juga pada jamaah dan masyarakat yang memakmurkannya. Wat taqullah tsumas tatho’tum.

Muhsin, Ketua Dewan Syuro Dewan Da’wah Kota Depok

Laman sebelumnya 1 2 3

Artikel Terkait

Back to top button