OASE

Masjid dan Peradaban Umat Islam

Islam telah melahirkan peradaban sejak kemunculannya. Ayat ayat pertama Al-Qur’an yang diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad Saw telah melahirkan peradaban.

Pertama, iqra (baca), qalam (menulis dan alat/teknologi tulis menulis), kholaqol Insana (ilmu biologi, sosiologi, psikologi) dan al alaq (kedokteran). (Al Alaq:1-4).

Makanya orang orang Arab jahiliyah (cerdas tapi menyembah batu, berani berperang tapi membunuh anak perempuan sendiri yang baru dilahirkan, jago berdagang tapi suka maksiat), dikenal sebagai suku bangsa biadab. Namun setelah mereka di Islamkan oleh Rasulullah Saw, mereka menjadi suku bangsa yang beradab dan berperadaban.

Peradaban yang dibangun mereka setelah menjadi muslim antara lain, mencatat dan menghafal ayat ayat Al-Qur’an, kemudian dihimpun menjadi mushab Al-Qur’an, kini di negerinya melahirkan percetakan Al-Qur’an terbesar di dunia. Tidak ada yang memiliki peradaban seperti ini, hanya Islam dan ummatnya.

Makanya hingga kini Al-Qur’an tetap original dan asli karena dijaga dengan hafalan. Allah pun tetap menjaganya. Bahkan umat Islam aktif menghafalnya, sehingga melahirkan sekolah, madrasah, boarding school dan pesantren tahfidz Al-Qur’an di seluruh dunia.

Selain itu keberadaan masjid juga telah melahirkan peradaban Islam yang memberikan pengaruh baik bagi muslim maupun masyarakat luas. Arti peradaban adalah kebudayaan yang tinggi. Masjid merupakan salah satu bentuk peradaban Islam yang hingga kini tumbuh, subur luar biasa.

Tentu, bukan hanya sekadar melihat bangunan fisiknya saja, tapi juga unsur unsur lain yang ada di dalamnya. Di bawah ini akan diuraikan tentang masjid sebagai salah wujud peradaban Islam yang tetap bertahan, berkembang dan berkemajuan hingga abad ini.

Peradaban Fisik Masjid

Setiap peradaban, yang umumnya dibanggakan oleh para pelakunya, selalu berkaitan dengan fisik bangunannya, karena dapat dilihat dengan mata kepala oleh siapapun baik langsung maupun lewat medsos.

Masjid pun demikian, seperti bangunan masjid Al Jabbar di Bandung dan masjid Syeikh Zayed di Solo. Itu bagian dari peradaban Islam karena perintah membangun masjid (At Taubah:108) telah melahirkan arsitektur dan desain yang berbeda dengan tempat tempat ibadah lainnya. Dalam soal arsitektur fisik bangunan masjid di Indonesia ada dua mazhab yang berbeda, khususnya soal kubah dan menara.

Madzhab pertama mengikuti model di negara negara muslim lainnya yang membangun masjid dengan dilengkapi kubah dan menara yang menjadi satu dengan bangunan masjidnya.

Madzhab kedua kedua yang rata rata lulusan ITB, seperti Prof. Drs. Ahmad Sadali dan adiknya. Ir. Nukman, didukung Ir. AM. Lutfi, membangun masjid tanpa kubah, tapi bangunan atasnya seperti rumah joglo di pulau Jawa. Menara tetap dibuat, hanya tidak sama seperti menara masjid pada umumnya. Bangunnya pun terpisah dengan bangunan masjid.

Bangunan arsitektur masjid dari Mazhab kedua memang bisa dinilai sama dengan sebagian gereja di Jawa, yang dibangun seperti rumah joglo, hanya ada menaranya.

1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button