SUARA PEMBACA

Melalui Syariat Kurban, Kita Songsong Peradaban Islam

Ada sejarah panjang yang melatari turunnya ibadah qurban. Sejak Nabi Adam alaihissalam memerintahkan Habil dan Qabil untuk berkurban, peristiwa tersebut jelas memberikan pelajaran bagaimana semestinya agar kurban kita diterima oleh Allah SWT.

Dilanjut dari mimpi Nabi Ibrahim untuk menyembelih putranya Ismail, hingga turunnya perintah ibadah qurban bagi umat Nabi Muhammad.

Ibroh atau pelajaran yang dapat kita petik dari peristiwa penyembelihan Ismail putra Nabi Ibrahim tersebut adalah “Kepatuhan seorang hamba pada Robbnya” sampai sesuatu yang paling berharga baginya pun dikurbankan.

Betapa tidak, Ismail adalah anak yang begitu diharapkan. Ibnu Katsir melalui kitab tafsirnya menjelaskan bahwa Nabi Ibrahim dan istri pertamanya Sarah pernah mengalami masa yang begitu panjang. Waktu pun berlalu setelah Nabi Ibrahim menikahi Siti Hajar seorang budak mereka, atas permintaan Siti Sarah, lahirlah seorang bayi laki-laki yang diberi nama Ismail yang artinya didengar Tuhan, Tuhan mendengar. Usia Nabi Ibrahim kala itu 86 tahun.

Jika kita membuka Al-Qur’an, kisah tentang Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail telah Allah ceritakan dalam surah As-Shaffat surah ke 37 ayat 99-113.

Keteladanan yang dicontohkan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail berupa Kesabaran dan sifat tawakal sangat menginspirasi. Keduanya telah membuktikan bahwa kecintaannya kepada dunia tidak melebihi kecintaannya kepada sang pemilik. Kecintaan mereka kepada Allah melebihi segalanya, menerabas nafsu-nafsu duniawi serta menundukkan keinginan keduanya atas perintah Allah SWT.

Dalam ibadah kurban terdapat pesan sosial yaitu bagi yang diamanahi memiliki keluasan rezeki berkurban akan menjadi wasilah baginya untuk semakin terpacu untuk berbagi. Rasulullah memberi peringatan keras kepada orang yang memiliki kemampuan namun enggan berkurban.

“Dari Abi hurairah ra: Rasulullah Saw bersabda: “Siapa yang memiliki kelapangan tapi tidak menyembelih qurban, janganlah mendekati tempat shalat kami.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Al-Hakim menshahikannya)

Sedangkan bagi yang belum memiliki kemampuan untuk berkurban, Allah sedang menguji kesabarannya dengan keterbatasan rizki. Hari Raya Kurban memberikan kesadaran kepada kita semua bahwa masih banyak saudara-saudara yang seiman yang sangat peduli dengan saudaranya.

Perekonomian umatpun akan terangkat karena ada begitu banyak uang yang mengalir dan berputar selama masa kurban. Potensi ini jika dioptimalkan maka insyaAllah akan mampu menjadi langkah awal kebangkitan kembali peradaban Islam.

Saatnya kita Songsong Izzul Islam wal Muslimin.

Selamat Idul Adha 1442 H / 20 Juli 2021 M, Taqoballallahu Minna Waminkum

A. Ramdoni Hossein
Ketua Dewan Pembina Yayasan Hikmaatul Waalidain

Artikel Terkait

Back to top button