Membangun Sistem Ekonomi Antikrisis
Ketiga, ekonomi berbasis utang. Saat ini, utang telah menjadi solusi untuk mendanai berbagai proyek pembangunan. Bukan hanya negara-negara berkembang yang berutang. Amerika Serikat pun melakukannya. Dari tahun ke tahun, utang itu bukannya berkurang. Justru sebaliknya, semakin bertambah. Pada tahun 1998, utang AS “hanya”5,5 triliun USD. Empat tahun kemudian, bertambah menjadi 6,2 triliun USD.
Hal ini juga terjadi pada negara dunia ketiga. Dampaknya tidak hanya pada aspek ekonomi, tetapi juga pada aspek politik. Utang luar negeri itu menjadikan negara-negara tersebut masuk ke dalam jeratan pihak asing yang menguasai berbagai sumber daya alam milik mereka.
Keempat, ekonomi berbasis investasi asing. Investasi asing yang dilakukan di negara-negara berkembang hanya menimbulkan kerugian. Saat asing melakukan investasi, pada dasarnya ia tengah menguras kekayaan alam negara tersebut. Keuntungan yang diperoleh, tidak sebanding dengan kekayaan alam yang dibawa oleh investor serta kerusakan lingkungan yang sangat parah. Berdasarkan perhitungan ekonom Sritua Arief, dari setiap 1 USD yang diinvestasikan ke Indonesia, akan balik lagi ke luar negeri hingga 10 USD.
Sistem Kapitalis Gagal Menciptakan Kesejahteraan dan Keadilan
Demokrasi kapitalis muncul sebagai reaksi atas sistem monarki absolut (otokrasi) dan teokrasi yang berkuasa di Eropa saat itu. Dari situlah muncul pemikiran sekularisme, liberalisme, dan kapitalisme. Ketiga pemikiran ini menjadi satu paket.
Sekularisme membuat manusia memisahkan agama dari kehidupan. Maka, manusia tidak perlu terikat dengan aturan-aturan dari Sang Pencipta, termasuk dalam bernegara. Hal ini didukung dengan konsep liberalisme yang membiarkan manusia berbuat sekehendaknya. Sedangkan kapitalisme membuat ekonomi tidak didominasi oleh negara, tetapi oleh rakyat.
Demokrasi memberikan kedaulatan kepada rakyat. Dalam faktanya, kedaulatan rakyat adalah kedaulatan para pemilik modal atau kapitalis (korporatokrasi). Mereka adalah penguasa rakyat yang sesungguhnya. Dengan demikian, rakyat berpindah dari kedaulatan agama dan penguasa ke kedaulatan pemilik modal. Negara pun berubah dari otokrasi dan teokrasi menjadi korporatokrasi.
Pada faktanya, kapitalisme hanya memakmurkan sebagian kecil rakyat, yakni para kapitalis. Satu persen orang terkaya di Amerika Serikat, menguasai 95% kekayaan negara. Hal ini menunjukkan bahwa kapitalisme tidak mampu menyejahterakan masyarakat sebagaimana yang disampaikan oleh para tokohnya. Justru yang terjadi adalah kesenjangan ekonomi yang teramat parah.
Ketangguhan Sistem Ekonomi Islam
Berbeda dengan sistem kapitalisme, Islam memiliki sistem ekonomi yang tangguh. Sistem yang mampu membangun masyarakat yang sejahtera, adil, dan antikrisis. Peradaban Islam telah membuktikan hal itu.
Ada beberapa cara yang dilakukan untuk mencapai hal itu. Pertama, Islam mengatur masalah kepemilikan dan pengelolaannya. Islam membedakan kepemilikan menjadi kepemilikan individu, negara, dan umum.