NUIM HIDAYAT

Membidik Sayid Qutb

Sayid Qutb sangat memahami kekuatan kata-kata.  Dalam bukunya Dirasah Islamiyah, ia menyatakan, “Di beberapa saat, yaitu saat-saat perjuangan yang pahit dilakukan umat di masa lalu, saya terkadang didatangi gagasan putus asa, yang terbentang di depan mata dengan jelas sekali.  Dalam saat seperti itu, saya bertanya kepada diri sendiri, ‘Apa gunanya menulis? Apakah gunanya makalah-makalah yang memenuhi halaman-halaman harian? Apakah tidak lebih baik daripada semuanya ini kalau kita mempunyai sebuah pistol dan beberapa peluru, setelah itu kita berjalan ke luar dan menyelesaikan persoalan kita berhadapan dengan kepala-kepala yang berbuat sewenang-wenang dan melampaui batas? Apa gunanya kita duduk di meja tulis, lalu mengeluarkan semua kemarahan kita dengan kata-kata dan membuang-buang seluruh tenaga kita untuk sesuatu yang tidak akan sampai kepada kepala-kepala yang harus dihancurkan itu?”

Qutb kemudian melanjutkan,“Saya merasa bahwa tulisan-tulisan ‘para pejuang yang independen’ tidak semuanya hilang begitu saja.  Karena ia dapat membangunkan orang-orang yang tidur, membangkitkan semangat orang-orang yang tidak bergerak, dan menciptakan suatu arus publik yang mengarah kepada suatu tujuan tertentu, kendatipun belum mengkristal.  Tapi ada sesuatu yang dapat diselesaikan di bawah pengaruh pena itu…Tapi kata-kata itu sendiri, walaupun bagaimana ikhlas dan penuh daya ciptanya, ia tidak dapat melakukan apa-apa, sebelum ia menempatkan diri dalam suatu gerakan, sebelum ia terlambang dalam diri seorang manusia.  Manusia-manusialah yang merupakan kata-kata yang hidup yang dapat melaksanakan pemahaman dalam bentuk yang paling lancar.”

Tokoh besar Islam ini telah menulis lebih dari 25 buku. Mulai dari sastra, pertarungan pemikiran Barat, Komunis dan Islam, hingga tafsir Al-Qur’an. Tulisan-tulisannya, baik di majalah atau buku, sangat diminati masyarakat Islam khususnya Mesir saat itu. Syekh Yusuf Qaradhawi pernah menceritakan bagaimana kegembirannya sewaktu muda membaca karya-karya Sayid Qutb. Bahkan Dr Shalah al Khalidi pernah menyatakan bahwa di Mesir saat pernah ada sebuah percetakan yang mau bangkrut. Percetakan itu kemudian disarankan untuk mencetak Tafsir Fi Zhilalil Qur’an yang saat itu best seller.

Menurut Dr. Abdullah Azzam,  pada tahun 1965,  Dinas intelijen Amerika mengirim surat kepada Presiden Mesir, Gamal Abdul Nasser. Surat itu menyatakan, “Anda mengira bahwa Anda telah menghentikan arus kebangkitan Islam di negeri Muslim. Tapi itu keliru, sebab di sana masih ada gerakan Islam yang berada di bawah permukaan.  Buktinya buku Ma’alim fith-Thariq (Petunjuk Jalan) karangan Sayid Qutb banyak tersebar di pasar-pasar.  Sebanyak 30 ribu buah buku laku terjual dalam waktu relatif singkat.  Semuanya dibeli oleh kaum militan.” (Lebih lanjut tentang Sayid Qutb, bisa dibaca buku saya “Agar Batu Bata Menjadi Rumah yang Indah” dan Sayid Qutb Biografi dan Kejernihan Pemikirannya)

***

Sayid Qutb lahir di Mausyah, salah satu provinsi Asyuth, di dataran tinggi Mesir. Ia lahir pada 9 Oktober 1906. Sejak dari kecil, Qutb telah dididik orang tuanya dengan pendidikan Islam. Umur sekitar 10 tahun, ia telah hafal al Quran. Ia menyelesaikan sarjana mudanya di Universitas Darul Ulum Kairo. Ia melanjutkan studi pascasarjanya di Amerika Serikat pada tahun 1948-1950. Ia belajar tentang metode pendidikan Barat (Western Methods of Education).  Ia belajar di Wilson’s Teachers’ College (saat ini bernama the University of the District of Columbia) pada the University of Northern Colorado’s Teachers’ College.  Ia meraih gelar MA di universitas itu dan juga di Stanford University.  Setelah tamat kuliah, Quthb juga sempat berkunjung ke Inggris, Swiss, dan Italia.

Di Amerika, Qutb mendengarnya syahidnya Hasan al-Bana dan hatinya bergejolak ketika melihat banyak tokoh masyarakat di sana yang bergembira dengan meninggalnya al-Bana. Sekembalinya dari Amerika, Qutb bergabung dengan Ikhwanul Muslimin. Saat itu ia memegang sebagai Ketua Seksi Penyebaran Dakwah dan Pemimpin Redaksi Koran Al-Ikhwan al-Muslimun.

Tahun 1952, terjadi revolusi di Mesir. Sayid Qutb dan Ikhwanul Muslimin diajak oleh Gamal Abdul Nasser untuk menggulingkan Raja Mesir saat itu. Revolusi berhasil. Gamal menjadi presiden, dan Qutb diajak masuk dalam pemerintahan. Qutb bersedia, tapi hanya beberapa bulan ia membantu Gamal. Ia merasakan ada perbedaan besar antara dirinya dengan Gamal. Ia ingin Mesir diwarnai Islam, sedangkan Gamal mewarnainya dengan sosialisme.

Dua tahun kemudian, tepatnya November 1954, Quthb ditangkap oleh Gamal bersamaan dengan penangkapan besar-besaran pemimpin Ikhwan. Qutb bersama kawan-kawannya dituduh bersekongkol untuk membunuh Gamal (subversif), melakukan kegiatan agitasi antipemerintah dan lain-lain serta dijatuhi hukuman lima belas tahun “kerja keras” (penjara ).

Selama di penjara, Sayid Qutb merevisi tiga belas juz pertama tafsir Qur’annya dan menulis beberapa buah buku, termasuk Hadzad Diin (Inilah Islam) dan Al-Mustaqbal Hadzad Diin (Masa Depan di Tangan Islam). Sebelumnya, Qutb berhasil menerbitkan 16 juz dari Tafsir Fi Zhilal sebelum ia dipenjara.

Sesudah sepuluh tahun menjalani hukumannya, Qutb dibebaskan dari penjara oleh Gamal karena campur tangan pribadi presiden Irak, Abdul Salam Arif. Siksaan fisik dan mental kepada para anggota-anggota Ikhwan, meninggalkan bekas yang mendalam kepadanya. Setelah bebas, ia menulis buku Maalim fith-Thariq dan mengakibatkan ia ditangkap lagi pada tahun 1965.

Gamal memang zalim. Ribuan anggota Ikhwanul Muslimin saat yang ditahan, Banyak di antara mereka adalah ahli hukum, ilmuwan, guru besar universitas, guru sekolah, dan mahasiswa. Qutb dipandang begitu berbahaya bagi tatanan politik Gamal. Sehingga meskipun menghadapi banjir imbauan untuk pengampunannya, hukuman mati tetap dilaksanakan juga oleh pemerintah Mesir.

Tahun 1965, Qutb bersama Ikhwanul Muslimin dituduh kembali oleh Gamal berkonspirasi menjatuhkan kekuasaannya. Pengumuman itu disampaikan Gamal ketika di Moskow. Atas pengumuman Gamal itu, aparat negara dan kepolisian melakukan penangkapan terhadap Qutb dan aktivis-aktivis Ikhwanul Muslimin lainnya, juga teman-teman kenalan dan kerabat-kerabat mereka. Qutb dijadikan target utama dan kemudian dijatuhi hukuman mati.

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button