Mempersiapkan Kemenangan Ramadhan di Bulan Sya’ban
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surat Al-Mulk ayat 1 dan 2:
تَبَٰرَكَ ٱلَّذِى بِيَدِهِ ٱلْمُلْكُ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلْمَوْتَ وَٱلْحَيَوٰةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْغَفُورُ
“Mahasuci Allah yang menguasai (segala) kerajaan dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan, Dialah yang Mahaperkasa, Maha Pengampun.”
Ketahuilah bahwa orang yang bertakwa akan senantiasa memperhatikan gerak hidupnya. Orang bertakwa selalu memperhatikan amalannya untuk berjumpa dengan Allah. Orang yang bertakwa juga selalu ingat ada perintah yang harus dikerjakan, ada larangan yang harus ditinggalkan, dan ada takdir yang harus diridhai.
Orang-orang yang bertakwa adalah orang-orang yang selalu membenarkan janji-janji baik Allah dan selalu membenarkan ancaman-ancaman Allah. Karena itu, ia menjadikan seluruh dunia dimilikinya sebagai bekal untuk kehidupannya di akhirat.
Betapa menyedihkannya orang yang tidak beramal dengan waktu yang Allah berikan. Sesungguhnya orang yang cerdas bukanlah orang yang paling banyak menggunakan akal pikirannya sementara hatinya jauh dari Allah Azza wa Jalla. Sejatinya orang yang cerdas adalah ia yang paling banyak mendengarkan ayat-ayat Allah dan mengikuti teladan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga waktunya tidak akan berlalu tanpa amal yang mulia.
Yaitu orang-orang yang paling ikhlas adalam beramal demi Ilaahnya, Allah Ta’ala dan yang paling benar dalam mencontoh dan melaksanakan apa yang dilakukan oleh Nabinya, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Inilah aturan yang penting yang harus dipegang oleh orang-orang beriman. Khususnya dalam menjalani bulan Syaban dan bersiap untuk menyambut bulan Ramadhan. Dimana di bulan Sya’ban ini banyak orang yang terlalai dalam beribadah.
Bulan Persiapan
Usamah Ibnu Saidin ra berkata, “Dari Usamah bin Zaid, ‘Aku bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, ‘Aku tidak pernah melihat engkau ya Rasulullah, berpuasa dalam satu bulan selain di bulan Ramadhan, seperti engkau berpuasa di bulan Syaban?’ Beliau kemudian bersabda, ‘Itu adalah bulan yang kebanyakan orang melalaikannya yaitu antara Rajab dan Ramadhan. Dimana bulan yang di dalamnya diangkat amalan-amalan kepada Allah, Tuhan seluruh alam. Karena itu, aku sangat senang ketika amalanku di angkat, aku dalam kondisi berpuasa.” (Dinyatakan hasan oleh Al-Albany dalam Shahih An-Nasa’i, no. 2221).
Berdasarkan hal ini, maka dapat disimpulkan bahwa yang banyak dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam di bulan Sya’ban adalah berpuasa. Namun demikan, tak hanya berpuasa, sejatinya apa pun yang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam di bulan Sya’ban adalah persiapan menuju Ramadhan.
Dengan logika untuk “panen” di bulan Ramadhan, maka apa yang dilakukan di bulan Syaban ini adalah langkah yang sangat penting. Kalau kita tidak menanam di bulan Rajab dan tidak merawat di bulan Syaban, maka tentu saja kita tidak akan memetik hasilnya di bulan Ramadhan.
Jika kita tidak berlatih puasa di bulan Rajab dan Syaban, maka kita tentu akan merasa berat berpuasa sebulan penuh di bulan Ramadhan. Begitu pula, kita tidak akan punya energi untuk tarawih atau qiyamul lail di bulan Ramadhan, manakala kita tidak terbiasa bangun shalat tahajud di bulan Rajab dan Sya’ban. Jika kita tidak terbiasa mengkhatamkan Al-Qur’an di bulan Rajab dan Sya’ban maka kita akan tertatih-tatih membaca Al-Qur’an dan mengkhatamkannya di bulan Ramadhan.