AKHLAK

Mencintai Berlebihan: Tadabbur Surat An-Nisa Ayat 129

Salah satu kunci keluarga sakinah adalah tidak mencintai fisik. Akan tetapi jika mencintai karena ilmu, ilmu tetap ada di dalam dadanya walaupun misalnya dia sakit. Terdapat sebuah syair Arab:

“Di dalam kebodohan itu kematian, sebelum orang itu mati. Maka jasad mereka adalah kuburan baginya, sebelum mereka masuk kuburan.”

Kategori wanita yang dinikahi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah wanita yang beriman, sami’na wa atho’na terhadap apa saja perkataan beliau, seluruh hartanya diinfaqkan di jalan Allah, dan memiliki anak-anak untuk investasi dakwah dan akhirat. Rasulullah lebih mencintai Khadijah bukan karena fisiknya namun lebih kepada orientasi akhirat.

Pernikahan itu bukan sekedar shalih dan shalihah saja, namun ada beberapa faktor lainnya, seperti: ekonomi, tingkat pendidikan, karakter, sosial budaya, lingkungan, adat istiadat, bahasa, dan faktor lainnya. Ada seorang Indonesia menikah dengan orang Aljazair akhirnya bercerai sebab tidak sekufu. Kemudian menikah lagi dengan wanita Indonesia dan menjadi sakinah mawaddah wa rahmah. Namun ada juga orang Indonesia yang berhasil menikah dengan orang Mesir.

Setelah ibunda Khadijah wafat, orang kedua yang paling dicintai oleh Rasulullah adalah ibunda Aisyah. Pertama, karena ibunda Aisyah putra dari Abu Bakr ash-Shiddiq yang imannya sangat kuat, imannya yang dibandingkan seluruh manusia tetap lebih kuat imannya Abu Bakr ash-Shiddiq sehingga nasab juga berpengaruh dalam pernikahan. Kedua, ibunda Aisyah itu cerdas untuk mengajarkan ilmu kepada umat. Ketika Rasulullah ditanya…

“Siapakah manusia yang paling Engkau cintai?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Aisyah. Lalu aku bertanya lagi: “Siapakah yang Engkau cintai dari kalangan laki-laki?” Beliau menjawab: Ayahnya Aisyah (Abu Bakar).

Kenapa istri-istri Rasulullah tidak boleh menikah lagi? Alasan utamanya adalah agar tidak menyakiti hati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kelak istri akan dikumpulkan di surga bersama dengan suaminya yang paling shalih, bukan suami pertama ataupun terakhir.

Allah berfirman dalam surah At-Taubah ayat 24:

“Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatir kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS. At-Taubah, 9: 24)

Terdapat delapan hal yang dicintai oleh manusia, yaitu: bapak, anak, saudara, istri, keluarga, harta, perniagaan, dan rumah tempat tinggal. Setelah merenungi dari beberapa ayat dalam Al-Qur’an ditemukan bahwa istri tidak ditempatkan pada urutan pertama dalam kecintaan. Yang biasanya pertama dicintai oleh laki-laki (seorang bapak) adalah anaknya, setelah itu baru istrinya. Istri bisa dicerai, ada mantan istri, akan tetapi tidak akan pernah ada mantan anak. Anak itu darah dagingnya dia, sedangkan istri adalah orang lain yang diikat dengan pernikahan. Jika kedelapan hal tersebut lebih dicintai daripada mencintai Allah dan Rasul-Nya, serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah kehancurannya. حَتّٰى يَاۡتِىَ اللّٰهُ بِاَمۡرِهٖ‌ artinya: “berhati-hati hingga Allah mendatangkan urusan-Nya.”

Jika kita mencintai seseorang secara berlebihan maka akan diuji dengan cintanya terhadap orang tersebut. Contohnya Nabi Ibrahim yang terlalu sayang kepada putranya Ismail yang telah ditunggu lama kehadirannya selama 80 tahun, tiba-tiba turun perintah Allah untuk menyembelih putranya. Cinta Allah tidak ingin disaingi dengan cinta makhluk. Kisah ini diabadikan dalam surah Ash-Shaffat ayat 100-102:

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. (QS. Ash-Shaffat, 37: 100-102)

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button