SUARA PEMBACA

Meneropong Nasib Generasi di Kota Toleransi

Kedua, teracuni pemikiran liberal dan individualis. Dengan dalih menghargai perbedaan, hal yang jelas-jelas bertentangan dengan syariat pun mau tak mau di tolelir. LGBT, free sex, khamr, judi versi now, Syiah pun dimaklumi. Setiap orang bebas melakukan apapun yang dia inginkan selama tidak mengganggu orang lain. Maka kita tak perlu mengganggunya.

Ketiga, mengamputasi potensi generasi untuk berjuang menuju kebangkitan Islam. Generasi muslim justru mendapat gambaran buruk dari sistem Islam kafah. Dinarasikan bahwa jika Islam diterapkan dalam kehidupan, tidak adil bagi agama lain, mereka juga ingin ajarannya diterapkan dalam kehidupan.

Narasi yang terdengar fair, padahal keliru. Islam tak seperti agama lain yang hanya mengatur peribadatan manusia dengan Tuhannya. Islam adalah ideologi yang memiliki seperangkat peraturan hidup manusia mulai dari urusan individu, bermasyarakat hingga bernegara. Jadi, layak bagi Islam untuk diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan.

Islam sebagai ideologi inilah yang hendak ditutupi dari benak generasi muslim. Agar perjuangan menuju kebangkitan Islam bisa segera berakhir. Barat lupa bahwa kebangkitan Islam adalah suatu keniscayaan, meskipun mereka mencoba menutupi dengan berbagai narasi.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah Ash-Shaf ayat 8: “Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, tetapi Allah tetap menyempurnakan cahay-Nya meskipun orang-orang kafir membencinya.”

Mari selamatkan generasi dengan merangkulnya untuk belajar Islam kafah. Agar potensi besar yang dimilikinya benar-benar berada di jalan perjuangan. Bukan menjadi budak pemuja budaya barat yang rusak dan merusak. Wallahu a’lam []

Mahrita Julia Hapsari, Praktisi Pendidikan.

Laman sebelumnya 1 2
Back to top button