Mengapa Banyak Pejabat Saat ini yang Kehilangan Ghirah Islamnya?
Banyak pejabat yang mengaku Muslim kini kehilangan ghirah Keislamannya. Pangkostrad Letjen TNI Dudung Abdurachman baru-baru ini menyatakan semua agama sama di mata Tuhan. Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mendukung pernyataan Dudung.
Dalam video yang beredar luas di internet, dalam sebuah kesempatan Apel Kebangsaan, Yaqut mengatakan bahwa bangsa ini bukan hanya milik umat Islam Tapi juga umat Kristen, Hindu, Budha dan lain-lain. Kata Yaqut, “Indonesia ini tegak berdiri bukan hanya karena Islam, negara Indonesia ini berdiri tegak juga bersama-sama saudara kita Kristen, saudara-saudara kita Katolik, Hindu, Budha, Konghuchu dan seterusnya…”
Para pejabat Muslim saat ini seperti kehilangan identitas Islamnya. Mereka tidak berani menyatakan bahwa Islam adalah agama yang benar, yang lain salah. Mereka tidak berani mengatakan bahwa kaum Muslim yang punya saham mayoritas tegaknya bangsa ini. Mereka tidak berani menyatakan hampir bahwa hampir seratus persen para pahlawan adalah Muslim. Karena seperti diketahui penjajah Portugis membawa misi Katolik dan penjajah Belanda misi Protestan, selain juga punya misi mengeruk kekayaan negeri kita. Ada pahlawan-pahlawan yang beragama lain, tapi jumlahnya sedikit.
Pejabat-pejabat kita kini banyak yang layu keislamannya. Banyak pejabat kini yang takut dikatakan fanatik atau radikal. Mereka takut mengungkap sejarah bangsa ini dengan benar. Mereka takut membela para ulama atau tokoh Islam yang dizalimi.
Mengapa banyak para pejabat saat ini hilang ghirah Keislamannya? Yah mungkin tekanan dari atasan. Mungkin ingin pertahankan jabatan atau meraih jabatan yang lebih tinggi dan kemungkinan-kamungkinan lainnya. Dan hanya mereka sendiri yang pasti tahu alasan sebenarnya.
Tapi dilihat dari kacamata Islam, para pejabat Muslim itu telah kehilangan ghirah keislamannya.
Apa arti ghirah? Ulama besar Buya Hamka menjelaskan bahwa ghirah itu adalah perasaan cemburunya orang beriman. Atau kekuatan semangat seseorang dalam membela Islam. Ghirah adalah nyawanya umat Islam. Umat Islam yang kehilangan ghirah Islam, maka ia serupa mayat.
Yang mempengaruhi ghirah luntur terutama adalah pemahaman prinsip-prinsip Islam yang lemah. Ghirah bisa luntur juga karena godaan jabatan dan kekayaan seperti disebut di atas.
Kita perlu merenung, bagaimana Rasulullah Saw mengingatkan agar umatnya tidak terkena penyakit Wahn. Penyakit cinta dunia dan takut mati.
Penyakit cinta dunia atau kita sebut rakus dunia, rakus jabatan dan kekayaan itu kini banyak menggelayuti masyarakat kita, khususnya para pejabat. Dan inilah yang menyebabkan jurang kemiskinan di negeri kita terus menganga dan Indonesia tidak mencapai adil dan makmur.