Mengapa Kaum Muslimin Mundur?
Pertanyaan ini selalu mengemuka bagi mereka yang sehari-hari bergelut dengan perjuangan menegakkan Islam, melanjutkan risalah Rasulullah Saw. Kenapa saat ini lebih dari 1,3 milyar Muslim di dunia mundur, tidak maju dan tidak dapat memimpin dunia, sedangkan orang-orang non Muslim mengalami kemajuan yang mengagumkan dan memimpin peradaban dunia?
Pertanyaan hampir sama pernah diungkapkan oleh Syekh Muhammad Basyumi Imran, Imam bagi Kerajaan Sambas, Kalimantan kepada Ustadz Al Amir Syakib Arsalan.
Surat itu disampaikan via pemimpin majalah Al Manaar, Mesir, Sayid Muhammad Rasyid Ridha. Oleh Rasyid Ridha jawaban dari Ustadz Syakib Arsalan itu diberi kata pengantar dan dicetak menjadi sebuah buku yang terbit pertama kali pada 1349 H. Buku itu diberi judul “Limadza taakharal Muslimun wa limadza taqaddama ghairuhum?” (Mengapa Kaum Muslimin Mundur dan Kaum non Muslim Maju?)
Pada bukunya itu, Syakib Arsalan menjelaskan: “Tentang sebab-sebab kemajuan yang diperoleh dan dicapai oleh umat Islam pada masa dahulu, pada pokoknya secara singkat demikian: agama Islam yang baru lahir di seluruh Jazirah Arabia pada masa itu, lalu segera diikuti dan ditaati benar-benar oleh bangsa Arab dan kabilah-kabilah di sekitar Jazirah Arab. Mereka dengan petunjuk dan pimpinan Islam yang benar itu telah berubah dari berpecah belah dan bercerai berai kini menjadi satu, seia dan sekata, dari biadab menjadi beradab, dari bodoh menjadi pandai, dari dungu menjadi cerdik, dari kekerasan hati dan kekerasan perangai menjadi lunak, ramah tamah dan kasih sayang sesama makhluk dan dari penyembah berhala menjadi penyembah Tuhan Yang Maha Esa.”
Penulis buku yang terkenal itu melanjutkan bahwa sebenarnya Allah telah menjanjikan kepastian kemuliaan orang-orang beriman. Seperti dalam surat Al Munafiqun ayat 8 :
“Dan bagi Allah lah kemuliaan, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang yang beriman.”
Dan juga surat ar-Ruum ayat 47 “Dan adalah hak bagi Kami (Allah) untuk memberi pertolongan kepada orang-orang beriman.”
Tapi Allah akan memberikan kemuliaan atau pertolongan ini bila kaum Muslimin beramal dengan amal yang nyata.
Syakib Arsalan kemudian menjelaskan: “Apakah tuan pernah melihat suatu bangsa yang tidak pernah beramal atau berjuang lalu mereka diberi pertolongan oleh Allah dan diberi karunia kebajikan oleh-Nya. Sebagaimana yang pernah diberikan kepada leluhur dan nenek moyang mereka, padahal keadaan mereka hanya duduk termenung, malas bekerja dan jauh daripada berkemauan untuk beramal? Jika ada peristiwa yang sedemikian itu adalah menyalahi akan peraturan dan sunnatullah, padahal Allah itu Maha Tinggi serta Maha Bijaksana. Apa yang akan Anda katakan jika seorang mendapat kemuliaan padahal ia tidak berhak untuk mendapat kemuliaan itu? Dapatkah ia mengambil buah dengan tidak menanam, mengetam dengan tidak bersawah atau berladang dan berbahagia raya dengan tidak berusaha? Patutkah kiranya kemenangan didapat dan dicapai dengan tidak berjuang, memperoleh kekuatan dengan tidak ada sebab-sebab yang dapat mendatangkan kekuatan itu?”
Sedangkan Allah SWT telah berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah apa yang ada pada satu kaum, hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS Ar Ra’d: 11)
Kemudian, Sakib Arsalan memberikan tips praktisnya agar bangsa-bangsa muslim menjadi mulia, yaitu: jihad harta dan jiwa. Firman Allah:
إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.” (QS At Taubah 111).