NUIM HIDAYAT

Mengapa Kaum Muslimin Mundur?

Kemunduran Ilmu dan Pentingnya Universitas

Setelah Syekh Sakib Arselan dan Hasan an-Nadwi, pemikir kontemporer Prof Naquib al Attas –pakar pemikiran Islam- menekankan penyebab utama kemunduran kaum Muslimin adalah kemunduran ilmu pengetahuan atau kesalahan dalam memahami ilmu. Di sini al Attas memprioritaskan pentingnya universitas sebagai institusi utama yang darinya akan bermula revivalisme (kebangkitan) umat. Penekanan pada pendidikan tinggi, bukanlah dimaksudkan sebagai cermin pemikiran elitis, tapi sebagai intrepretasi yang benar terhadap hikmah ilahiah yang menjadikan pendidikan orang dewasa sebagai target utama dari misi semua Nabi.

Universitas di semua Negara menjadi tempat individu-individu yang potensial dalam menjalani pendidikan dan latihan. Karena bukankah pejabat-pejabat negara, pemimpin-pemimpin perusahaan, para cendekiawan, guru-guru hampir semuanya adalah lulusan universitas? Di sinilah letak strategis membangkitkan dan mencerdaskan umat lewat kampus.

Istana Al Hambra, peninggalan peradaban Islam di Granada, Spanyol.

Prof Wan Mohd Nor Wan Daud, pakar Islamisasi Ilmu di UTM Malaysia menyatakan: “Yang sangat memprihatinkan, menurut pengetahuan saya, tidak ada seorang pun di dunia Muslim yang berusaha memberikan gambaran teoritis dan filosofis mengenai apa yang dimaksud universitas ideal menurut pandangan Islam maupun non Islam kecuali al-Attas. Sebaliknya di Barat, banyak karya tulis yang berusaha menjelaskan ide mengenai universitas ideal menurut pandangan keagamaan ataupun filsafat tertentu.”

Dalam suratnya ke Sekretariat Islam di Jeddah, Mei 1973, al Attas menulis: “Sebuah universitas Islam memiliki struktur yang berbeda dengan universitas Barat, konsep ilmu yang berbeda dari apa yang dianggap sebagai ilmu oleh para pemikir Barat, dan tujuan dan aspirasi yang berbeda dari konsepsi Barat. Tujuan pendidikan tinggi dalam Islam adalah membentuk “manusia sempurna” atau “manusia universal” (insan kamil)…Seorang ulama Muslim bukanlah seorang spesialis dalam salah satu bidang keilmuan, melainkan seorang yang universal dalam cara pandangnya dan memiliki otoritas dalam beberapa bidang keilmuan yang saling berkaitan.”

Ide al Attas tentang pentingnya universitas Islam ini dijabarkan pertama kalinya pada Konferensi Dunia Pertama Pendidikan Islam di Mekkah 1977 dan mengulasnya lagi dalam Konferensi Dunia kedua di Islamabad pada 1980. Dan kemudian al Attas mewujudkan sendiri ide universitas Islam itu dengan mendirikan ISTAC pada 4 Oktober 1991.

Selain kesalahan dalam memahami ilmu, Prof Al Attas juga mendeteksi kemunduran umat ini karena hilangnya adab. Makna adab ini adalah ‘perwujudan sikap dalam merealisasikan ilmu’. Makna mudahnya adab ini adalah akhlak mulia bukan akhlak tercela. Hilangnya adab ini, menjadikan di masyarakat muncul pemimpin-pemimpin palsu (karbitan). Pemimpin yang sebenarnya tidak layak memimpin, tapi dijadikan masyarakat sebagai teladan. Karena pemimpinnya rusak adab dan ilmunya, maka masyarakat pun ikut menjadi rusak.

Menarik membaca tulisan Prof Wan Daud –murid dan sahabat Prof al Attas- dalam bukunya, “Budaya Ilmu.”

“Pembinaan budaya ilmu yang bersepadu dan jitu merupakan prasyarat awal dan terpenting bagi kejayaan, kekuatan dan kebahagiaan seseorang dan sesuatu bangsa. Seseorang individu atau sesuatu bangsa yang mempunyai kekuasaan atau kekayaan tidak boleh (tidak bisa) mempertahankan miliknya, apatah lagi mengembangkannya tanpa budaya ilmu yang baik. Malah dia akan bergantung kepada orang atau bangsa lain yang lebih berilmu. Kita telah melihat sendiri betapa beberapa negara minyak yang kaya raya terpaksa bergantung hampir dalam semua aspek kehidupan negaranya kepada negara lain yang lebih maju dari keilmuan dan kepakaran.

Selain itu kedua-dua unsur di atas, iaitu harta dan takhta, bersifat luaran dan sementara. Kedua-duanya bukanlah ciri yang sebati dengan diri seseorang atau sesuatu bangsa tanpa ilmu yang menjadi dasarnya. Sebaliknya bila ilmu terbudaya dalam diri peribadi dan masyarakat dengan baik, ia bukan sahaja boleh mengekalkan dan meningkatkatkan lagi kejayaan sedia ada, malah boleh memberikan keupayaan memulihkan diri dalam menghadapi sebarang kerumitan dan cabaran.”

Nuim Hidayat
Anggota MIUMI dan MUI Depok

Laman sebelumnya 1 2 3 4 5

Artikel Terkait

Back to top button