SILATURAHIM

Mengenang KH Syuhada Bahri: Kader Terbaik Pak Natsir, Dai Pelosok Indonesia

Jakarta (SI Online) – Ketua Umum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII) periode 2007-2015, KH Syuhada Bahri, telah wafat menjelang Subuh, Jumat (18/02/2022).

Salah satu hal yang patut diketahui oleh para aktivis pergerakan dan generasi penerus dakwah Islam adalah mengenai kiprah dan perjalanan dakwah Ustaz Syuhada.

Baca juga: Innalillahi, Mantan Ketum Dewan Da’wah Ustaz Syuhada Bahri Wafat

Sejak 1970-an, Syuhada Bahri telah bergelut dalam dunia dakwah, baik sebagai guru agama di Sekolah Muhammadiyah maupun sebagai dai di berbagai daerah. Hingga kemudian, bisa dikatakan Syuhada Bahri adalah salah satu kader terbaik dari Dr. Mohamad Natsir dalam penguasaan lapangan dakwah di Indonesia.

Sebagai dai Dewan Da’wah, Syuhada Bahri telah menjelajah hampir semua pelosok Indonesia. Di Timtim, misalnya, Syuhada Bahri mengenal daerah ini sampai ke pelosok-pelosok.

”Sampai gang-gang di Timtim saya hafal,” ujarnya suatu ketika. Karena itulah, dia merasa sangat terpukul ketika Timtim lepas dari Indonesia. Hatinya sudah menyatu dengan umat Islam yang di Timtim.

Selain Timtim, Syuhada Bahri, telah menjelajah daerah-daerah Mentawai, Nias, Maumere, Labuan Bajo, Sorong, Fakfak, Timika, Merauke, Badui, Tobelo, Tanjung Soke, dan sebagainya. Ketika menginjakkan kaki di pelosok Tobelo, Maluku, warga setempat bilang bahwa Syuhada adalah orang Jakarta pertama yang menginjakkan kaki di daerah itu.

Alumnus King Saud University di Riyadh bidang kajian ilmu dakwah dan Bahasa Arab ini juga aktif dalam menangani masalah dunia Islam. Dia telah berkeliling ke berbagai dunia Islam. Dia pernah diundang dalam acara pelantikan Dr. Mustafa Ceric sebagai mesikhat Ulama Bosnia. Dia juga pernah berdakwah ke berbagai kota di Inggris atas undangan Keluarga Islam Britania Raya (Kibar).

Ustaz Syuhada Bahri menerima zakat dari pemilik Wardah, Hj. Nurhayati Subakat.

Syuhada Bahri mulai mengenal Pak Natsir setelah hijrah ke Jakarta tahun 1976 atau setahun setelah lulus dari Inisi (Institut Islam Siliwangi) Bandung. Melalui orangtua angkatnya di Ibu Kota, Muhammad Said Agustjik, Syuhada bekerja sebagai salah satu pembantu Pak Natsir.

Lima tahun seruangan dengan Pak Natsir di kantor Dewan Da’wah di Masjid al-Munawarah, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Syuhada mengakui bahwa tokoh ini memang luar biasa sebagai pemimpin panutan. Syuhada pun memilih bekerja dengannya di Dewan Da’wah dengan gaji Rp70 ribu sebulan ketimbang bekerja pada Rabithah Alam Islamy Perwakilan Indonesia dengan gaji Rp500 ribu/bulan.
Syuhada Bahri belajar banyak dari Pak Natsir, hingga diamanahi tugas sebagai penanggung jawab dakwah di Wilayah III (Indonesia Timur) dan kemudian Koordinator Dai Nusantara.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button