Mengenang Wartawan Senior Media Dakwah
Saya diminta pak Kafrawi Ridwan (tokoh Golkar) untuk bekerja di Dewan Masjid. Ini atas good will mas AM Fatwa. Mas Aru juga saya lihat terus aktif meski bukan lagi di Dewan Da’wah.
Sebagai staf di Dewan Da’wah, baik Mas Aru, saya dan lainnya, harus juga terlibat dalam kegiatan sosial dan dakwah, termasuk harus memperhatikan peristiwa-peristiwa politik, baik dalam maupun Luar Negeri.
Tahun 1990 ketika itu, terjadi pembantaian Muslim Bosnia oleh Serbia (mantan Yugoslavia). Saya bersama Ustadz Mazni dan Mas Aru secara pro aktif melakukan gerakan solidaritas untuk tragedi yang dialami Muslim Bosnia ini. Kebetulan saat itu tengah berlangsung KTT Non Blok di Jakarta. Jadi momentumnya pas sekali untuk kami bisa melakukan aksi gerakan solidaritas untuk muslim Bosnia itu.
Pada saat itulah kita format gerakan Solidaritas terhadap Muslim Bosnia menjadi Komite Solidaritas untuk Muslim Bosnia disingkat KSMB. Ini yg sebenarnya menjadi embrio Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia Islam ( KISDI). Dan gerakan Solidaritas Muslim Bosnia di Indonesia inilah yang mempengaruhi opini dunia termasuk Amerika Serikat dan PBB.
Kami pun melakukan penyebaran informasi, menekan pemerintah Serbia dengan mendatangi Kedubes Serbia di Jakarta. Kami adakan tabligh, ceramah, memutar video di masjid-masjid dan kampus di Jakarta hingga ke berbagai daerah. Mas Aru taktis sekali gerakannya. Bahkan kami memprotes RCTI yang ketika itu masih mendukung Serbia. Mungkin karena ketidakpahaman wartawannya. Hingga akhirnya perwakilan RCTI datang kepada kami bertiga dan meminta maaf.
Sekitar tahun 2006 Mas Aru bersama Ustadz Tabrani Sobirin, Ustadz Khaththat dan Mas Agusdin menerbitkan Tabloid Suara Islam. Awalnya Ustadz Mashadi sebagai pemimpin redaksinya. Kemudian digantikan Mas Aru.
Saya amati, beliau begitu leluasa menampilkan gaya penulisannya yang lugas dan vulgar, sesuai dengan karakteristik mas Aru yang terbuka. Walaupun ada beberapa tokoh yang kurang sreg dengan gaya bahasa Suara Islam, tetapi ini justru menjadi terobosan bagi mas Aru me-lobby Kiai Syukron Makmun, Pak Yusuf Hasyim, Pak Cholil Badawi, KH Abdul Rasyid Abdullah Syafi’i dan Habib Rizieq Syihab, bahkan lobby juga diarahkan ke para jenderal, seperti Prabowo Subianto, Sjafri Syamsuddin, dan lain-lain.
Saya melihat Suara Islam sangat efektif digunakan Mas Aru sebagai sarana “komunikasi politik” dan pembentukan opini yang berhasil. Ini nampak ketika menjelang Aksi Damai Umat Islam, baik pada aksi 411 maupun 212.
Dengan keterlibatannya dalam rapat-rapat rencana aksi 411 maupun 212, tulisannya di Suara Islam jadi sangat akurat.
Mas Aru pada saat tertentu –terkait momennya– tidak melupakan teman lama yang dulu bersama di Dewan Da’wah, seperti almarhum Ustadz Syuhada Bahri, Ustadz Zulfi Syukur, Mashadi (yang pernah anggota DPR dari Fraksi Partai Keadilan). Alhamdulillah saya juga selalu diminta hadir pada setiap rapat dan silaturahmi yang diselenggarakan di rumah Kiai Abdul Rasyid Syafi’ie.
Pernah ketika ada acara HUT ke-75 (Tasyakur Milad ke-75 pada Ahad, 3 Desember 2017, red) Kiai Abdul Rasyid Abdullah Syafi’ie, di Jalan Al Barkah, saya hadir agak terlambat , di situ sudah hadir Bung Fadli Zon, Mas Anies Baswedan, Mashadi, Almarhum Zaenal Abidin Ura, dan para kiai lainnya, dan tentu Mas Aru. Karena Mas Aru juga, silaturahmi saya dengan Kiai Abdul Rasyid Abdullah Syafi’ie terjalin erat.
Selamat jalan Mas Aru, semoga Allah SWT menerima Amal dan ibadahmu. Insyaallah perjuangan Almarhum bisa dilanjutkan oleh generasi muda kita. Aamiin ya Robal Alamin.[]
HM Natsir Zubaidi, Anggota Pembina Dewan Da’wah