SUARA PEMBACA

Menunggu Sikap Tegas Tuan Penguasa terhadap Israel

Gelombang penolakan kedatangan tim Israel U-20 yang akan berlaga di Piala Dunia U-20 di Indonesia makin deras. Pemerintah pun angkat suara terkait penolakan ini. Menko Polhukam, Mahfud MD, menyebut bahwa tidak ada masalah, bahkan persiapannya pun sudah dilakukan secara rapi. Sudah dibahas dan disiapkan semua jalur, politik, diplomatik, keamanan, dan sebagainya sudah dibicarakan. (detik.com, 9/3/2023).

Senada dengan Menko Polhukam. Jauh hari, Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, juga mengatakan tidak mempermasalahkan kehadiran tim Israel, meskipun negara tersebut tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia. Erick pun menegaskan bahwa setiap negara yang lolos ke Piala Dunia U-20 2023 akan disambut dan dilayani dengan baik, termasuk Israel. (Kompas.com, 2/3/2023).

Tampaknya penguasa tidak sehati dengan perasaan rakyat. Rakyat gencar menolak, sedangkan penguasa justru tak masalah. Inilah sikap penguasa yang kerap membuat rakyat geram. Apalagi sebagai negeri dengan penduduk muslim terbesar di dunia, menjadi pemahaman umum bagaimana posisi Israel di hadapan kaum Muslim, yakni sebagai perampas dan penjajah tanah Palestina dari tangan kaum Muslim.

Terbaru bahkan dikabarkan, sedikitnya enam warga Palestina dikabarkan tewas dalam serangan tentara Israel ke kamp pengungsi Jenin di Tepi Barat yang diduduki. Serangan ini entah ke berapa kalinya dilakukan. Tidak hanya menyerang Jenin, tetapi juga menyerang Kota Nablus dan menghujani Gaza dengan bom.

Tercatat, agresi militer Israel terhadap warga Palestina terus meningkat sepanjang tahun 2022, bahkan dinilai menjadi yang terburuk. Data menyebutkan 225 warga Palestina tewas sepanjang tahun 2022, sedangkan hingga Februari 2023 ada 65 warga Palestina dikabarkan tewas. Ini belum termasuk korban luka, serta hancurnya rumah, kamp pengungsian, dan fasilitas lainnya.

Menyambut bahkan melayani kedatangan tim Israel U-20 di tengah derita warga Palestina adalah sebuah bencana. Sikap tega yang tidak menunjukkan solidaritas terhadap nestapa Palestina dan warganya, apalagi sebagai negeri dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Sebuah sikap yang justru bertolak belakang dengan besarnya sokongan rakyat Indonesia untuk kemerdekaan Palestina.

Pernyataan yang menyebut bahwa olahraga tidak semestinya dikaitkan dengan politik juga sejatinya adalah alasan yang dicari-cari. Faktanya, mengaitkan ajang olahraga dengan politik kerap dilakukan. Sebutlah, atlet Rusia yang ditolak ikut Olimpiade karena agresi Rusia terhadap Ukraina. Bahkan sebelumnya, Rusia juga dilarang mengikuti ajang Piala Dunia dengan alasan yang sama. Lalu, mengapa sikap yang sama tidak berlaku untuk Yahudi Israel?

Sebagai negeri dengan penduduk muslim terbesar di dunia dan sebagai bentuk solidaritas penguasa negeri ini terhadap Palestina dan warganya, semestinya Indonesia mampu mendesak FIFA untuk bersikap sama terhadap Israel seperti sikap mereka terhadap Rusia, yakni menolak Israel ikut serta dalam ajang Piala Dunia U-20 pada Mei mendatang. Namun, hal ini tampaknya hanya utopia belaka.

Di sisi lain, makin tampak wajah hipokrit Barat terhadap Islam dan umatnya. Sikap terhadap agresor mengikuti kepentingan. Standar ganda menjadi lumrah. Sebab, tidak ada standar baku baik kebaikan maupun keadilannya. Satu-satunya standar yang berlaku adalah kepentingan para kapitalis.

Ini jelas kontra dengan Islam yang memiliki sikap tegas terhadap penjajah Yahudi Israel. Bukan hanya menolak dan mengutuk, bahkan Al-Qur’an dengan jelas menyebutkan untuk memerangi siapa saja yang memerangi kaum Muslim.

Dalam Surah Al-Baqarah ayat 190, Allah SWT. memerintahkan, “Perangilah oleh kalian di jalan Allah, orang-orang yang memerangi kalian,….”. Allah SWT juga memerintahkan untuk mengusir siapa saja yang mengusir kaum Muslimin, “Perangilah mereka di mana saja kalian menjumpai mereka dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kalian.” (TQS. al-Baqarah [2]: 191).

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button