Meraih Keutamaan Ramadhan
Selain ibadah puasa, pada bulan Ramadhan pula dianjurkan melakukan qiyam Ramadhan yaitu shalat Tarawih, Tahajjud/Qiyamul Lail, Witir, i’tikaf, dan memperbanyak tadarus Al-Qur’an.
Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam– bersabda, “Barang siapa yang melakukan qiyam Ramadhan dengan keimanan dan mengharapkan pahala (keikhlasan), maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Dengan menjalankan ibadah puasa, shalat Tarawih, Tarawih, Tahajud/Qiyamul Lail, Witir dan tadarus Al-Qur’an, maka diharapkan kita menjadi orang yang bertakwa yang dijamin masuk surga oleh Allah ta’ala. Inilah doa, harapan dan cita-cita tertinggi setiap muslim.
Ramadhan melatih kita agar menjadi orang yang bertakwa melalui ibadah puasa fulltime setiap hari di bulan Ramadhan. Dalam puasa, kita dilarang melakukan hal-hal yang membatalkan puasa seperti makan, minum, dan hubungan suami istri, meskipun di luar puasa dibolehkan. Jika hal-hal yang halal dan mubah tersebut dilarang ketika berpuasa, maka terlebih lagi hal-hal yang diharamkan. Tentu kita harus lebih menjaga diri dari yang diharamkan Allah ta’ala.
Melalui shalat Tarawih dan Witir sebulan penuh, kita diharapkan terbiasa melakukan shalat sunnat. Melalui tadarus Al-Qur’an setiap hari di bulan Ramadhan, maka kita diharapkan selalu berinteraksi dengan Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup kita, baik dengan membacanya, memahaminya (metadabburinya), menghafalnya, mempelajarinya, mengajarkannya dan mengamalkannya. Dengan ibadah i’tikaf selama sepuluh hari terakhir, kita diharapkan terbiasa melakukan ibadah setiap waktu.
Keempat: Pada bulan Ramadhan pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan syaitan diikat. Ini menunjukkan keistimewaan dan keutamaan bulan Ramadhan.
Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam– bersabda: “Apabila masuk bulan Ramadhan maka pintu-pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan syaitan pun dibelenggu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Imam Al-Hafizh Ibnu Rajab Hanbali, ketika mengomentari hadits ini, beliau berkata: “Bagaimana mungkin orang yang beriman tidak gembira dengan dibukanya pintu-pintu surga? Bagaimana mungkin orang yang pernah berbuat dosa (dan ingin bertaubat serta kembali kepada Allah Ta’ala) tidak gembira dengan ditutupnya pintu-pintu neraka? Dan bagaimana mungkin orang yang berakal tidak gembira ketika para syaitan dibelenggu?”.
Dalam riwayat lain, Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam– juga bersabda: “Pintu-pintu neraka ditutup, pintu-pintu surga dibuka, dan syaitan-syaitan dibelenggu. Kemudian ada seorang malaikat penyeru yang memanggil: “Wahai pencari kebaikan, bergembiralah ! dan wahai para pencari kejahatan, berhentilah!”. (HR. Ahmad dan An-Nasa’i).
Dengan demikian, bulan Ramadhan dibuka peluang bagi kita untuk masuk surga, dan ditutup peluang masuk neraka. Peluang berbuat maksiat pada bulan Ramadhan ditutup dengan ibadah puasa. Karena puasa itu adalah perisai atau penahan maksiat sebagaimana sabda Rasulullah Saw: “Puasa itu perisai (pencegah maksiat)”. (HR. Ahmad, Muslim dan An-Nasa’i).